Natal Charlie Brown
Bulan Desember tahun ini bioskop-bioskop di Indonesia dipenuhi dengan beberapa film baru. Mungkin karena suasana Natal dan liburan akhir tahun menjadi momen yang pas bagi para pembuat film untuk melepas film-filmnya ke pasaran. Salah satu yang menarik perhatian saya adalah film keluarga atau film anak-anak, Snoopy and Charlie Brown: The Peanuts Movie yang mulai dirilis tanggal 9 Desember. Mendengar film Snoopy saya jadi teringat kisah Natal Charlie Brown, sebuah kisah yang menceritakan makna Natal yang sesungguhnya, yang terkadang sering kita abaikan di tengah kepadatan jadwal acara-acara Natal.
The Peanuts Movie mengisahkan tentang kegalauan Charlie yang menaksir teman perempuannya yang diceritakan sebagai gadis kecil berambut merah. Banyak upaya yang Charlie lakukan bersama dengan Snoopy untuk menarik perhatiannya. Kisah berlanjut hingga akhirnya Charlie dan orang yang ditaksirnya menjadi sahabat pena yang akan saling berbalasan surat. Juga ada kisah Snoopy yang diandalkan Charlie sebagai teman dan pendengar yang baik, kadang bisa membantu, tapi kadang malah mengacaukan. Namun, kisah persahabatan dan kekeluargaan yang diberikan oleh para tokoh di The Peanuts Movie ini layak menjadi referensi film yang pantas ditonton liburan ini.
Natal Charlie Brown
Natal Charlie Brown adalah animasi televisi special yang berdasarkan komik strip Peanuts, karya Charles M. Schulz. Pada tahun 1963, Lee Mendelson membuat video dokumentasi singkat dari kisah Schulz yang berjudul “A Boy Named Charlie Brown“, yang disutradarai oleh Bill Melendez dengan alunan musik jazz dari Vince Guaraldi. Namun, semua stasiun televisi menolak menayangkan animasi ini, hingga sebuah sponsor berhasil mewujudkannya dua tahun kemudian. Program televisi ini akhirnya mengudara pada tanggal 9 Desember 1965.
Dalam edisi khusus Natal ini, tokoh utama Charlie Brown menemukan dirinya depresi padahal kini adalah awal musim liburan Natal. Setelah berkonsultasi, Lucy kemudian meminta Charlie untuk bergabung dan memimpin kelompok drama di sekolah. Namun, Charlie malah diabaikan dan diejek oleh anak-anak dalam kelompok drama tersebut. Dalam keputusasaannya, Charlie Brown keras bertanya apakah ada yang benar-benar tahu apa makna Natal yang sebenarnya. Linus, yang sedang berdiri di atas panggung, menyampaikan makna Natal dengan mengutip Lukas 2:8-14 dalam versi authorized KJV:
“8And there were in the same country shepherds abiding in the field, keeping watch over their flock by night.
9And, lo, the angel of the Lord came upon them, and the glory of the Lord shone round about them: and they were sore afraid.
10And the angel said unto them, Fear not; for, behold, I bring you tidings of great joy, which shall be to all people.
11For unto you is born this day in the city of David a Savior, which is Christ the Lord.
12And this shall be a sign unto you: Ye shall find the babe wrapped in swaddling clothes, lying in a manger.
13And suddenly there was with the angel a multitude of the heavenly host praising God, and saying,
14Glory to God in the highest, and on earth peace and goodwill towards men.”
“…That’s what Christmas is all about, Charlie Brown.”
Kisah ini dikritisi oleh banyak pengamat karena terlalu “religius”, khususnya pada ucapan Linus yang mengutip langsung dari Akitab mengenai makna Natal. Orang-orang di dalam dunia pertelevisian saat itu menganggap program ini tidak akan memikat banyak orang karena “pembacaan ayat Alkitab” mungkin akan menyinggung pemirsa. Kisah Natal yang diangkat dalam Natal Charlie Brown oleh Schulz kini telah luas dikenal bahkan disiarkan setiap tahun sejak tahun 1965. Kini, lima puluh tahun sejak pertama kali disiarkan, program tersebut tetap mengajak kita untuk merenung sejenak, “Apakah makna Natal yang sebenarnya?”
“Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan.”
Sinopsis Film dari IMDb