Respons Atas Anugerah Allah Part 1
Oleh kematian Yesus di kayu salib, hubungan pribadi dengan Tuhan diubahkan. Mari bayangkan bangunan Bait Allah pada jaman dahulu. Ruangan terpisah-pisah dan jauh. Para perempuan harus menitipkan doa mereka kepada kaum lelaki. Sementara orang Yahudi lainnya juga harus menitipkan doa pada para Imam, dan nantinya Imam yang menyampaikannya pada Tuhan Allah. Para Imam harus menaikkan syukur dan doa permohonan di ruangan paling jauh, paling dalam, Ruang Maha Kudus.
Dalam suasana khusyuk, seorang perempuan berlari masuk hingga ke tengah-tengah pelataran luar, melewati batas daerah khusus perempuan. Dengan kitab Ibrani di tangannya di berkata,”Hei, kita semua bisa berdoa langsung pada Allah. Dengarkanlah ini!”
Dia kemudian membacanya, “Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita… Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia, untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya,” (Ibrani 4:14,16).
Dan dengarkan juga ini,
“…oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempak kudus, karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri, dan kita sekarang mempunyai seorang Imam Besar sebagai Kepada Rumah Allah,” (Ibrani 10:19-21).
Setiap kita bisa masuk Ruang Maha Kudus, kita bisa langsung datang pada Allah.
Respons Atas Anugerah Allah : Berdoa Pada Allah
Allah telah membuka jalan baru agar kita bisa datang kepada-Nya. Tapi sebenarnya ada yang perlu dikoreksi. Bukan kita yang mendekat, tapi Allah yang sesungguhnya datang dan mendekat pada manusia ciptaan-Nya. Kita bisa melihat perubahan drastisnya. Bandingkanlah Perjanjian Lama kitab Imamat dengan kitab Kisah Para Rasul di Perjanjian Baru.
Dalam Perjanjian Lama, aturan ketat berlaku dan tidak bisa sembarangan. Setiap orang harus menyucikan diri dulu baru bisa datang menyembah di Bait Allah. Mereka juga harus mempersembahkan korban melalui Imam. Sebaliknya dalam Kisah Para Rasul, para jemaat pertama berkumpul memecahkan roti di rumah masing-masing sambil memuji Allah (Kisah Para Rasul 2:46-47). Mereka memanggil Allah dengan sebutan “Abba”. Abba itu seperti “Daddy” dalam bahasa Inggris, menunjukkan hubungan yang sangat dekat dan akrab.
Dulu bangsa Israel sulit sekali menyebut nama Allah. YHWH. Tuhan Allah Maha Kuasa, Pencipta Langit dan Bumi. Jangankan memanggil nama Allah, untuk menyebutnya saja sudah kesulitan. Tapi dengan teladan Yesus yang memanggil Allah Bapa dengan “Abba”, Yesus memberi contoh kepada kita semua. Ya, Yesus telah melakukan revolusi anugerah itu. Hingga kini tidak sedikit orang Kristen yang menggunakan Abba dalam berdoa.
Dalam artikel sebelumnya, kita sudah membaca contoh mengenai istana presiden. Orang tidak bisa masuk sembarangan tanpa ijin. Tapi ternyata ada pengecualian. Beberapa fotografer yang sering meliput suasana dalam istana merekam peristiwa itu dalam lembar foto. Cucu presiden dan keluarganya bisa datang dan menemui presiden di ruang kerja begitu saja. Mereka datang begitu saja. Tanpa ada yang menghalangi. Tanpa ijin. Tanpa daftar-daftar dulu.
Itulah makna tersirat dalam “Abba” yang diajarkan Yesus. Tuhan Allah Maha Kuasa, Pencipta Langit dan Bumi, tapi melalui Yesus, Allah membuat dirinya dekat, seperti seorang bapa. Dalam Kitab Roma, Paulus menggambarkan hubungan itu lebih intim. “Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan,” (Roma 8:26)
Kita tidak perlu datang sambil memikirkan hirarki dan ketakutan akan kesucian diri. Kalau Kerajaan Allah memasang tanda, “Larangan bagi yang cacat dan cacat”, tidak ada seorang pun yang bisa masuk. Tapi, Yesus membawa perubahan itu. Dia melaksanakan revolusi anugerah itu. Kini kita tinggal berseru memanggil “Abba”. Ya, Allah mendekat. Allah dekat dan diam di antara kita.
Artikel dalam Tema yang Sama :
1. Kenapa Haram? Part 1
2. Kenapa Haram? Part 2
3. Haram dan Tidak Haram Menurut Perjanjian Baru
4. Haram : Larangan Bagi yang Cacat
5. Revolusi Anugerah Allah
6. Yesus Memulai Revolusi Anugerah Allah-Part 1
7. Yesus Memulai Revolusi Anugerah Allah-Part 2
8. Kabar Baik Bagi Dunia
9. Respons Atas Anugerah Allah Part 1
10. Respons Atas Anugerah Allah Part 2
11. Respons Atas Anugerah Allah Part 3
Sumber Gambar : BlogSpot