Allah Hadir di Tengah-Tengah Keluarga (24)-Parolop-Olopon
Lanjutan dari Allah Hadir di Tengah-Tengah Keluarga (23)
Hari berlalu begitu cepat sepanjang tahun 2014. Kesibukan yang melanda dalam pengerjaan tugas akhir cukup menyita fokus. Puji Tuhan, di pertengahan tahun 2014, saya dapat lulus dari ITB dengan nilai yang memuaskan. Selesainya masa perkuliahan di ITB membuat saya mempunyai cukup banyak waktu untuk terlibat dalam acara-acara keluarga. Kalau sebelumnya saya hanya dapat hadir di acara-acara besar (pernikahan keluarga dekat), kini saya dapat lebih sering hadir. Salah satunya di Pesta Parolop-olopon.
<
Pesta Parolop-Olopon adalah sebuah perayaan, sebuah ucapan syukur atas penyertaan dan pemeliharaan Tuhan di dalam kehidupan berkeluarga besar. Tanggal 24 Agustus 2014, di Gedung Mulia Kebon Nanas, papa, mama, dan saya hadir di dalam Pesta Parolop-Olopon Punguan Pomparan Datu Ompu Lobi Nasumurung. Kami berangkat bersama dengan Bou dan Evan beserta keluarga Kak Sihombing yang di Duta Kranji. Acara ini kembali diadakan sejak terakhir kali diadakan empat tahun lalu, yaitu tahun 2010, sebagai wujud ucapan syukur kepada Tuhan untuk keluarga besar Sihombing Lumbantoruan Boru-Bere yang ada di Jabodetabek. Tema Pesta Parolop-Olopon tahun 2014 ini diambil dari Filipi 2:2b-3, “Hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri.”
Acara dimulai dengan kebaktian minggu bersama sekitar pukul 09.15 yang berakhir sekitar pukul 10.30. Seluruh petugas ibadah kebaktian berasal dari keluarga besar Sihombing, di mana Bapatua David yang menjadi liturgis hari itu. Firman Tuhan yang disampaikan juga mengambil topik mengenai saling mengasihi sebagai sesama saudara, di mana itu menjadi bukti bahwa kita mengasihi Allah. Dan sebagai keluarga besar Sihombing di Jabodetabek, kita harus terus bersatu dan saling mendukung sebagai keluarga. Jika ada yang kesulitan, maka kita membantunya. Jika ada yang bersedih atau berduka, maka kita juga menghiburnya.
Acara dilanjutkan dengan Rapot Bolon/ Prosesi Pelantikan yang diawali dengan Kata Sambutan oleh Ketua Panitia. Kemudian ada prosesi pelantikan pengurus baru yang menggantikan pengurus lama yang sudah bekerja selama beberapa tahun terakhir. Di akhir prosesi, kami bersama-sama berdoa untuk para pengurus baru ini.
Acara kemudian dilanjutkan dengan makan siang bersama. Ada lebih dari delapan ratus nasi kotak yang dibagikan kepada seluruh orang yang datang. Kami makan bersama sambil diiringi oleh lagu persembahan pujian yang dibawakan secara bergantian. Memang benar, orang Batak dianugerahi bakat seni yang luar biasa. Bermain musik pandai. Bernyanyi juga enak. Jadilah makan siang siang itu terasa begitu ramai, karena dipenuhi dengan sorakan dan tepuk tangan.
Sore harinya, acara adat terus dilakukan. Ada manortor bersama, diawali oleh pengurus baru, dilanjutkan dengan manortor boru Sihombing, kemudian juga Dongan Tubu Sihombing. Di sela-sela acara, saya juga berkeliling dan memberikan salam kepada Bapatua, Mamatua, Namboru, dan Amangboru, juga saudara-saudara sepupu yang juga hadir dalam acara Pesta Parolop-Olopon sore itu. Ujar mama, hubungan saudara seperti ini harus saya jaga sampai kapanpun. Jangan sampai terputus akibat kurangnya komunikasi. Anak-anak kecil juga ikut manortor dan seperti acara-acara manortor biasanya, ada bagi-bagi uang juga. Sebenarnya bukan bagi-bagi uang sih, namun orang-orang yang kebetulan mempunyai berkat lebih akan membagikan uang kepada orang-orang yang manortor. Suara musik mengalun lembut tarian tor-tor sepanjang sore itu: lagu Dison Adong Huboan Tuhan, Aha ma Endehononku, dan Puji ma Jahowa Debatanta dinyanyikan.
Saya sendiri juga ikut manortor, dan memperoleh uang sebesar 255 ribu. Angka yang luar biasa bukan? Itu baru saya seorang. Seingat saya sewaktu itu para remaja naposo yang ikut manortor bersama berjumlah hampir 100 orang, itu berarti ada lebih dari 25 juta uang yang dibagikan bagi kami dalam acara itu. Orang batak memang gemar berbagi berkat. Berbagi tidak membuat mereka menjadi kekurangan atau miskin. Berbagi memberikan sukacita dalam diri mereka yang jauh melebihi uang sebanyak apapun.
Sekitar pukul 18.00, acara telah usai, ditutup dengan lagu Mars Borsak Sirumonggur yang dinyanyikan oleh seluruh hadirin yang datang. Lagu yang mengingatkan kami semua bahwa persatuan adalah hal terpenting yang Tuhan karuniakan kepada keluarga besar Sihombing. Itulah yang harus kami jaga dan pertahankan sampai kapanpun.
Terima kasih Tuhan untuk keluarga besar yang kompak dan bersatu. Doa saya, persatuan ini terus terjaga–sebuah doa singkat di Gedung Mulia, Kebon Nanas, Jakarta Timur, 24 Agustus 2014.