Allah Hadir di Tengah-Tengah Keluarga (11): Perjalanan ke Medan
Pagi tanggal 29 Desember 2012 telah tiba. Hari ini adalah hari keberangkatan saya ke Medan bersama dengan Kak Lita, Kak Iren, Kak Lisbet, Tante Tiong, Naomi, dan Nandus. Setelah bangun pagi, saya langsung membereskan dan membersihkan rumah. Ini harus dilakukan karena rumah kami akan ditinggalkan lebih dari empat hari ke depan. Bangun tidur saya langsung makan, menyapu, dan mengepel rumah seluruhnya, kemudian menyapu halaman depan dan mengelap mobil yang terlihat kotor. Kemudian saya juga sempat membeli gula dan telur untuk kebutuhan Bang Fredy saat ia menginap di rumah. Semua berlangsung dengan lancar dan berkakhir sekitar pukul 09.00.
Setengah jam kemudian, Bang Fredy telah datang. Ia membawa motornya karena motor kami tidak memiliki STNK yang terbawa oleh Papa saat ke Medan kemarin. Sempat mengajari Bang Fredy cara mencuci pakaian, saya menyelesaikan tugas-tugas saya. Saya mengecek kembali email untuk memastikan semuanya berjalan dengan baik. Sekitar pukul 11.00, saya sudah makan siang dan mandi untuk segera pergi ke rumah Tulang Iren. Berdasarkan janji kemarin, kami akan sama-sama berangkat dari sana pukul 13.00. Bang Fredy berbaik hati untuk mengantarkan saya ke sana, dan saya amat bersyukur kepada Tuhan.
Saya telah tiba di rumah Tulang Iren pukul 12.30, saat itu hanya ada Kak Lita, Kak Lisbet, dan Tante Tiong yang di rumah. Saya makan kembali dengan menu ayam goreng dan sayuran yang ada di rumah Tulang. Naomi kemudian pulang sekitar pukul 13.00. Cukup lama saya menunggu seluruh persiapan yang mereka lakukan hingga pukul 14.00. Sambil menunggu, saya membaca beberapa buku yang ada dan juga membalas beberapa pesan yang masuk ke handphone saya.
Kami berangkat dari rumah Tulang pukul 14.15, bersama dengan Tulang Lumbangaol. Kak Iren dan Nandus akan bergabung bersama dengan kami di bandara nanti. Perjalanan berlangsung dengan lancar, kami telah tiba sekitar pukul 15.30 dan langsung check-in di loket Citilink. Kak Iren datang sekitar pukul 16.00 bersama dengan temannya yang juga akan pulang ke Sidikalang. Kami kemudian bertemu dengan Nandus yang diantarkan oleh Mamatua sekitar pukul 16.30. Setelah sejenak bersalaman dengan mamatua dan mengucapkan selamat Natal, kami kemudian langsung menuju ke ruang tunggu C3 untuk masuk ke dalam pesawat yang akan berangkat sebentar lagi. Baca juga perenungan sejenak saya di Ruang Tunggu C3.
Perjalanan ke Medan
Kegiatan menunggu saya lakukan dengan melihat-melihat pemandangan sekitar ruang tunggu yang dipenuhi dengan pohon-pohon rindang. Di beberapa kesempatan, saya juga tidur sejenak. Pukul 17.00 kami semua masuk ke dalam pesawat dan duduk berdampingan. Kak Iren di kursi 17D, Kak Lisbet di sebelahnya 17E, dan Naomi di dekat jendela 17F. Baris berikutnya diisi dengan Tante Tiong, Nandus dan saya, masing-masing di kursi 18D, 18E, dan 18 F. Kak Lita duduk di belakang 19D.
Perjalanan berlangsung dengan lancar selama dua jam. Beberapa kali pesawat berguncang saat menembus awan. Hanya tiga puluh menit pertama saya dapat melihat pemandangan di luar yang begitu indah. Rumah-rumah dan bangunan lain terlihat begitu kecil dan tersusun dengan rapi. Kemudian diikuti dengan pemandangan laut, yang adalah Laut Jawa. Beberapa kali, saya melihat gugusan kepulauan kecil dan juga kapal yang berlalu lalang di atas birunya laut. Malam kemudian datang dan menghapuskan pandangan saya terhadap pemandangan di luar. Setelah itu, perjalanan saya lebih banyak diwarnai dengan bincang-bincang ringan dengan Tante Tiong dan juga Nandus.
Sekitar pukul 19.30, kami telah mendarat di Polonia. Sempat menunggu jemputan berupa bus sejenak, kami kemudian mengambil seluruh barang bawaan kami. Wah, ternyata banyak juga barang-barang yang kami bawa. Kemudian, kami langsung menuju ke Rumah Tante Sima bersama dengan Papa dan Uda Nikita yang telah menunggu sejak tadi. Perjalanan menuju ke Simpang Marindal ditempuh dalam waktu yang relatif singkat, melalui jalan Sisingamangaraja. Tiba di rumah Tante Sima, sudah ada Tulang Iren dan Nantulang Iren, Nantulang Johanes, Bapatua dan Mamatua Sihite, dan Nikita.
Kemudian, satu persatu anggota keluarga datang dan berkumpul. Ada Tulang Duga dan Bang Niko, kemudian keluarga Tulang Palar bersama dengan Alex dan Sarah. Rumah seketika menjadi begitu ramai. Saya beserta saudara sepupu yang lain kemudian bermain kartu UNO bersama-sama. Permainan berlangsung seru dengan hukuman bagi yang kalah adalah diberi bedak. Malam itu, permainan kami diwarnai dengan tawa dan canda yang sungguh hangat. Kangen rasanya bertemu dengan saudara-saudara saya, dan permainan di malam ini sungguh benar-benar mengobati rasa kangen saya kepada mereka.
Permainan berakhir sekitar pukul 01.00, ketika satu persatu dari kami sudah mengantuk dan ingin tidur. Saya dan Bang Niko kemudian tidur di kamar depan. Cuaca yang lumayan panas di malam itu benar-benar menjadi penyambut kedatangan saya di Medan. Memang benar, cuaca di Medan beberapa hari ini panas, seperti yang diutarakan oleh teman saya sebelumnya.
Pagi hari, saya terbangun pukul 03.30, ketika suasana rumah menjadi ramai kembali. Satu persatu dari kami kemudian mandi dan bersiap-siap. Semua barang-barang sudah dimasukkan ke dalam mobil sejak kemarin malam. Sekitar pukul 04.15, kami telah berdoa bersama untuk kemudian memulai perjalanan ke Bakara. Nantulang Iren yang memimpin doa di pagi itu, dan sejenak meredakan suasana yang tegang sedari tadi malam.