Allah Hadir di Tengah-Tengah Keluarga (10): Persiapan Pulang Kampung
Wow! Hanya itu kata yang pantas saya tuliskan sebagai rasa syukur saya melihat tulisan saya yang kesepuluh mengenai kehadiran Allah di tengah-tengah keluarga. Semenjak tulisan pertama di bulan Februari kemarin, selalu saja ada pengalaman-pengalaman baru yang Allah ijinkan terjadi di dalam kehidupan saya untuk kembali sejenak merenungkan kasih Allah di dalam kehidupan saya, khususnya di dalam keluarga besar kami. Wow! juga adalah kata yang pantas saya katakan kepada Tuhan Yesus buat semua kasihnya yang juga mengalir di dalam kehidupan keluarga kami, kepada keluarga besar Papa dan Mama. Kepada keluarga besar Sihombing dan Banjarnahor yang benar-benar saya rasakan sebagai anugerah.
Kisah ini berlanjut ketika Bapatua dan Mamatua tiba di rumah pukul 06.30 di tanggal 27 Desember 2012. Mereka tiba dari Yogyakarta dengan perjalanan kereta api hingga di Stasiun Jatinegara. Pagi itu, saya bangun agak siang karena masih ada pengaruh obat yang saya minum di hari sebelumnya karena masalah dengan pencernaan. Tetapi saya sangat bersyukur kepada Tuhan, karena hari ini saya dapat bertemu kembali dengan Bapatua dan Mamatua setelah terakhir bertemu pada 11 November 2012 kemarin pada ibadah lepas-sambut phareses baru Distrik XVIII Jabartengdiy di HKBP Riau Martadinata Bandung. Mereka terlihat cukup lelah setelah menempuh perjalanan 9 jam lebih dari Yogyakarta hingga ke rumah kami.
Pagi itu, kami makan ayam goreng dan sayur sawi rebus bersama-sama. Makanan yang mungkin hanya makanan biasa namun begitu lezat ketika disantap bersama orang-orang yang begitu mengasihi kita. Mama dan Papa harus pergi bekerja pagi itu, dan saya akan tinggal bersama Bapatua dan Mamatua sepanjang hari. Mereka akan terbang menuju ke Medan dengan pesawat pada pukul 16.00. Pagi itu, kondisi mamatua memburuk. Ia menderita batuk-batuk dan flu, yang sudah terjadi sejak dari Yogyakarta. Bapatua kemudian membeli obat-obatan di apotek depan perumahan untuk Mamatua. Dan Puji Tuhan, di siang hari, kondisi Mamatua jauh lebih membaik.
Persiapan Pulang Kampung ke Bakara
Sepanjang pagi hingga siang hari, saya membuat kembali liturgi Malam Tahun Baru yang akan digunakan di Bakara. Ada beberapa perubahan yang harus disesuaikan dengan keadaan keluarga, sehingga acara nanti berjalan dengan baik. Saya juga sempat mencetak liturgi acara ucapan syukur untuk siang hari tanggal 31 Desember. Bapatua senang melihat tampilan muka dari liturgi yang akan dicetak dan dibawa untuk acara pulang kampung bersama ini.
Sekitar pukul 12.30, Papa pulang ke rumah. Sebelumnya, saya sudah mempersiapkan mobil agar dapat segera digunakan, yaitu dengan membuka gembok yang terpasang. Mama kemudian juga menyusul pulang sekitar pukul 13.00. Rencananya Papa dan Mama akan mengantar Bapatua dan Mamatua ke terminal Rawamangun, untuk kemudian naik Damri dan menuju ke Bandara Soekarno-Hatta. Kami berkumpul sejenak dan berdoa bersama agar perjalanan kali ini berjalan dengan lancar.
Papa dan Mama telah kembali sekitar pukul 14.45, dan langsung menyiapkan segala keperluan dan pakaian yang akan dibawa ke kampung. Papa dan Mama akan menyusul ke Medan pada penerbangan esok hari pukul 16.35. Saya sendiri berada di lantai atas untuk menyelesaikan pengetikan seluruh liturgi yang akan digunakan di acara-acara ibadah di Bakara nanti. Semua berlangsung dengan lancar, di mana semua proses pengetikan telah selesai dilakukan pada malam harinya. Rencananya esok hari, semuanya akan dicetak dan diperbanyak.
Pagi harinya, saya menyelesaikan semua liturgi dan menaruhnya di dalam satu wadah untuk kemudian saya bawa keesokan hari bersama dengan keberangkatan saya menuju ke Medan. Hari itu, saya juga telah membereskan baju-baju yang nantinya akan saya bawa. Sekitar pukul 13.00, Papa, Mama, dan saya kemudian bersama-sama menuju ke Rawamangun untuk menjemput Bang Fredy untuk kemudian menuju ke Bandara Soekarno Hatta. Setelah Papa dan Mama turun di terminal 3, kami bergegas pulang, karena Bang Fredy harus bertemu dengan anak buahnya di Kantor PLN Rawamangun.
Sekitar pukul 16.20, kami telah tiba di Rawamangun. Bang Fredy berbincang sejenak dengan beberapa orang, sementara saya sibuk menghubungi beberapa teman untuk menyelesaikan beberapa hal, termasuk meminta bantuan seorang teman dalam ide desain yang harus saya buat. Sekitar pukul 17.00, kami pulang menuju ke rumah. Bang Fredy juga bergegas pulang karena harus menemani temannya yang dibaptis selam di daerah Jakarta Pusat. Bang Fredy juga mengatakan bahwa ia akan datang esok hari untuk mengantarkan saya ke tempat Tulang Iren di daerah Duren Sawit.
Malam itu, saya tinggal sendirian di rumah. Berbincang bersama dengan Johanes mengenai kehidupan di masa kuliah dan pelayananan adalah kegiatan saya di malam itu. Setelah itu, saya menyelesaikan beberapa desain dan tugas hingga pukul 01.00, dan saya beruntung karena dengan bantuan teman, saya dapat menyelesaikan tugas-tugas tersebut dengan baik. Di malam itu, saya berdoa sejenak menjelang tidur agar perjalanan pulang yang akan saya tempuh dapat berjalan dengan baik juga agar setiap acara di Bakara dapat berjalan seturut kehendak Tuhan.