Skype dan Keluarga Kami
Skype dengan mama, papa, dan abang itu adalah anugerah. Orang lain mungkin menganggapnya biasa saja dan sama sekali tidak berdampak apa-apa, tapi bagi saya, ini adalah berkat luar biasa. Saya sadar Tuhan begitu baik menolong kami hingga ke hal-hal kecil sekalipun. Terlalu kecil hingga saya begitu mudah melupakannya. Kali ini saya mencoba mengulang kembali cerita dan pengalaman skype dan keluarga kami dalam sebuah tulisan.
Pergi ke Jepang tanggal 30 September 2010. Ketika banyak teman-teman menawarkan ini dan itu, beli ini dan itu biar bisa teleponan sama orangtua, saya tidak membeli apa-apa. Hanya 10 hari saya tidak bisa berkomunikasi sama mama, yaitu pada hari-hari pertama saya di Jepang. Setelah saya memasang internet, saya pun bisa menginstal skype. Ini berkat Tuhan yang pertama.
Skype dan Keluarga Kami
Berkat Tuhan yang kedua adalah kalau mama bisa menggunakan skype. Saat itu, abang kebetulan sedang pulang dari Bandung dan ada di rumah. Di saat itulah abang mengajarkan mama menggunakan sykpe, dan mama langsung bisa. Mama bisa menyalakan komputer, mengklik tombol windowsnya, dan mengklik program skype. Mama pun dengan lancar bisa memasang headset dan menjawab panggilan di skype. Sekali lagi puji Tuhan.
Tapi karena pakai komputer yang sudah agak lama, aplikasi skypenya sering hang. Ada juga masalah lain karena suaranya berdengung-berdengung berisik. Waktu itu saya harus mengulang-ulang bertanya sama mama, “NGA? NGA? Ngomong apa mama?” saking berisiknya noisenya. Mamapun mengalami hal yang sama, karena berisik dan pakai headset.
Waktu itu saya langsung berpikir kalau ada masalah di sambungannya. Saya sering bilang sama mama, “Ma, kuatin kabel headsetnya.” Mamapun kebingungan dan balik bertanya, “Kabel yang mana dek?” “Ikutin aja kabel dari telinganya, terus kuatin,” jawab saya. Papa yang mungkin ada di sebelah mama kemudian juga membantu menguatkan kabelnya. Ada kalanya setelah kabelnya dikuatin, kami bisa berkomunikasi dengan lancar.
Tapi di lain waktu, suara berdengung itu kembali menyerang, bahkan sekarang lebih kencang lagi. Saya menyuruh mama mencabut dulu kabelnya, lalu mematikan komputernya. Saya juga menyuruh mama agar membuka tutup komputernya. Ini cara yang dulu sering dipakai dan sering berhasil. Meskipun begitu, suara bisingnya tetap saja ada. Apa mau dikata, saya dan mama pasrah saja. Meskipun kuping mama harus sakit karena mendengarkan langsung dari headset. Hingga saya pulang ke rumah bulan Maret 2012, masalah itu tetap ada.
Tapi puji Tuhan, April 2012, papa membeli laptop yang baru. Semua masalah langsung selesai. Laptopnya tidak nge-hang seperti komputer. Koneksi ke internet pun cepat dan praktis. Skypenya pun bisa berjalan lancar dan tidak ada suara bising lagi. Dan yang paling penting, mama tidak perlu lagi pakai headset, karena dari laptop sudah ada speakernya. Kuping mama tidak perlu sakit lagi dan bisa mendengarkan dengan lancar. Ini berkat Tuhan yang ketiga.
Saya betul-betul mengagumi kebaikan Tuhan bagi saya, abang, mama, papa. Untuk soal skype saja, Tuhan sudah ikut campur luar biasa. Meskipun tertatih-tatih menghadapinya, kadang rasa putus asa pun menyerang, namun kebaikan Tuhan tetap nyata dan mulia. Berkat Tuhan nyata atas keluarga kami.
Mama bisa menyalakan skype, papa juga bisa pakai skype, bisa jawab skype, bisa mengetik pesan di facebook, bisa ada internet di rumah, bisa nyambung ke internet, bisa pakai laptop di rumah, suara bising tidak ada, semua jadi bisa. Dari gak bisa jadi bisa. Semua bisa hanya karena Tuhan. Terpujilah Tuhan.
sumber gambar: Skype Logo