Hari Pertama Saya di Jepang
Waktu menunjukkan tepat pukul 05.50 ketika saya tiba di asrama di Higashi Fushimi, Tokyo Barat. Karena sudah berpesan kepada Bang Togi untuk memasukkan kunci kamar ke dalam loker, saya pun mencari kunci di dalam loker. Saya mencoba memutar kunci berkode satu persatu dan membuka loker. Saya mendapati banyak surat-surat dan amplop yang datang selama tidak ada di Jepang namun tidak menemukan kunci kamar. Saya mendadak jadi panik, karena kalau kunci kamarnya tidak ada, saya tidak bisa masuk ke dalam asrama dan ke dalam kamar.
Dalam kepanikan malam itu, saya mencoba menelepon Bang Togi lewat aplikasi Line. Namun tidak ada jawabannya. Untunglah waktu itu, saya melihat sebuah amplop coklat yang bertuliskan kunci kamarnya dititipkan kepada ryochou (penjaga asrama). Jadilah saya memecet bel panggilan darurat yang ada di bagian luar asrama. Hampir satu menit saya menunggu sambil menekan bel, akhirnya ryochou pun bangun dan melihat saya. Saya jelaskan kepadanya mengenai kunci kamar dan dia segera mencarinya di dalam laci mejanya. Ryochou memberikan kunci itu kepada saya dan saya mengucapkan terimakasih sekaligus mohon maaf karena telah membangunkan malam-malam. Akhir malam itu saya bisa mendapatkan kunci kamar, sehingga bisa masuk ke dalam asrama. Puji Tuhan.
Waktu sudah menunjukkan pukul 01.00 ketika saya masuk ke kamar 314. Udara dingin menerpa sekujur tubuh saya dari balkon depan kamar. Saya membuka pintu dan menyalakan lampu kamar. Di saat itulah saya menemukan barang-barang sembako yang ditinggalkan oleh Kak Agung dan Bang Togi untuk saya. Ada beras dan beberapa bumbu masak yang dimasukkan ke dalam plastik Giant dengan pesan “Sembako for you dari Agung”. Saya kemudian masuk ke dalam kamar dan meletakkan semua barang-barang bawaan. Tidak ada yang berubah di kamar. Kertas-kertas dan buku-buku lainnya masih ada dala rak, begitu pula dengan baju-baju yang masih tergantung di dalam lemari. Handuk mandi yang lupa saya rapikan juga masih tergantung rapi di kamar mandi. Hanya beberapa gantungan baju yang diletakkan di atas kulkas, mungkin habis dipakai oleh Kak Agung atau Bang Togi.
Sambil menenangkan diri dan menonton televisi, saya mengisi baterai handphone dan mobile wifi saya, mengingat baterainya sudah hampir habis seiring perjalanan 6000 kilometer dari Bekasi ke Tokyo. Sekitar satu jam saya menonton, saya pun mematikan televisi dan kemudian bersiap untuk tidur malam. Saya merapikan handphone dan mobile wifi yang belum terisi penuh, lalu berdoa malam. Saya mengucap syukur pada Tuhan atas penyertaan-Nya sepanjang perjalanan jauh ini. Sedikit ada rasa sedih dan sepi menerpa, namun saya langsung bisa tertidur karena mungkin kelelahan.
Hari Pertama Saya di Jepang
Pukul 05.00 saya sudah terbangun. Itu karena sinar matahari memancar masuk ke dalam kamar dari jendela yang lupa saya tutup kemarin malam. Kamar saya jadi terang benderang dan saya bisa bangun dengan sendirinya. Sambil menyalakan pemutar musik dari handphone, saya merapikan barang-barang koper dan tas punggung. Saya keluarkan wafer dan bumbu masakan yang dibawa dan meletakkannya di rak makanan. Pukul setengah enam semua barang sudah rapi.
Perut saya keroncongan di pagi yang cerah itu. Itu karena dari kemarin siang saya tidak menyantap makanan lagi. Total ada 18 jam lebih saya tidak makan apapun. Oleh karena itu saya segera memasak nasi dengan beras yang tersisa di kamar, dan kemudian makan dengan abon yang ada di dalam kulkas. Saya juga menyantap wafer Tango yang saya bawa dari rumah. Sambil menyantap makanan, saya mengingat kembali waktu-waktu yang berlalu ketika berada di Indonesia.
Ahh, waktu berlalu begitu cepat. Tidak terasa renungan dari Gereja HKBP Kernolong sudah dimulai dari Radio RPK Pelita Kasih. Itu berarti waktu sudah menunjukkan pukul 07.00 pagi. Saya membuka jendela dan membiarkan udara hangat dari pagi cerah masuk ke dalam kamar. Sambil mendengarkan renungan pagi, saya mengelap lantai kamar dan rak-rak yang sudah berdebu. Sambil mengelap lantai saya teringat waktu di Indonesia, saya selalu mengepel lantai rumah pagi hari sebelum Papa berangkat kerja.
Waktu sudah menunjukkan pukul 07.30 ketika renungan pagi selesai disiarkan lewat radio. Saya pun mengenakan jaket dan bersiap pergi ke supermarket, membeli makanan dan buah-buahan mengingat tidak ada apa-apa di kulkas. Pagi itu langit amat cerah dan udara hangat, namun angin dingin dari utara masih bertiup kencang. Saya keluarkan sepeda dari garasi dan pergi ke arah supermarket bersama dengan orang-orang lain yang ingin pergi kerja. Ya, hari ini hari yang baru di bulan baru, tanggal 1 April.
Hari kerja pertama di tahun yang baru. Hari pertama di bulan April. Hari pertama saya di Jepang.
Sumber Gambar : Ameba