Hidup dalam Komunitas: Hubungan dengan Orang Lain
Bangsa Indonesia adalah negara gado-gado. Gado-gado adalah sejenis makanan yang terdiri dari beragam sayuran dan disiram sambal kacang. Ada banyak suku dan kebudayaan yang bercampur menjadi satu di dalam bangsa ini. Hal inilah yang secara tidak langsung membuat kita harus mengerti dan memahami arti kata komunitas. Mengerti bagaimana dapat hidup bersama dengan orang lain.
Berbicara tentang komunitas berarti bicara soal berhubungan dengan orang lain. Komunitas adalah kumpulan orang-orang yang memiliki kesamaan dalam hal apa pun, semisal: tempat atau tujuan. Tidak perlu jauh-jauh berpikiran soal komunitas di dunia atau bangsa Indonesia. Keluarga dan sekolah adalah contoh komunitas yang paling mudah kita temukan. Mereka ada di dekat kita. Mereka adalah saudara kita.
Hidup dalam Komunitas
Mari kita simak kisah mengenai orang Samaria yang murah hati di dalam Lukas 10. Dia dirampok dan terluka parah, dan ditinggalkan di pinggir jalan. Mungkin dia tidak bisa berteriak lagi, tolong..tolong.. tetapi tidak ada yang menolongnya. Ada yang lewat cuma tidak mengindahkannya. Ada lagi yang lewat, namun berpura-pura tidak mendengar. Ia tidak mampu lagi untuk berteriak sekeras tadi. Ia putus asa, mungkin ini saatnya untuk mati. Namun kisah tidak berakhir, datang seorang yang menolongnya. Ia tidak mengenal orang itu, namun ia membersihkan dan membalut luka-lukanya. Namun ia terburu-buru, ada yang harus ia lakukan. Tak tega rasanya meninggalkannya di pinggir jalan. Akhirnya, ia membawa ke sebuah penginapan. Ia meminta kepada pemilik penginapan untuk merawatnya sampai sembuh, uang yang dia miliki diberikan semuanya. Bahkan ia berjanji untuk membayarkannya jika ada kekurangannya. Orang yang tadi sembuh dan bisa kembali bekerja. Orang yang telah menunjukkan belas kasihan itulah yang telah memposisikan diri sebagai saudara.
Salah satu pokok ajaran Tuhan Yesus adalah mengasihi sesama manusia seperti mengasihi dirimu sendiri (Matius 22:39). Bahasa aslinya adalah “Agapeseis ton plesion sou as seauton” yang berarti kasihilah orang di dekatmu.. Orang di dekatmu?
Dulu, sewaktu saya masih kecil, ada banyak teman yang saya punya. Ada dhika, teman bermain layangan dengan abang. Dia jago sekali bermain layangan. Kak Ester, yang begitu baik mau meminjamkan buku-buku sekolah. Tio, orang Toraja yang pintar dan lucu, tulisannya juga rapi. Made, orang Bali yang bisa berlari dengan begitu kencang. Ada patrick, tubuhnya gemuk, namun ia jago bermain gitar. Ada Tia, cewek berambut lurus yang punya suara merdu dan jago menari. Juga Budi dan Abuy, orang Cina teman kami bermain sepakbola. Masih banyak yang lainnya, cuma bagi abang, mereka adalah orang dekat. Mereka adalah saudara, kami saling mengasihi. Tidak usah jauh-jauh menemukan sesama manusia, mereka ada di sekitar kita.
Tidak baik bila kita merasa diri kita lebih baik daripada teman dari gereja lain. Juga tidak baik jika kita merasa diri kita lebih pintar dibanding teman dari sekolah lain. Apalagi membeda-bedakan orang atas dasar satu dan lain hal, padahal di dalam Mazmur 145:9, dikatakan “Tuhan itu baik kepada semua orang…” Tuhan saja tidak membeda-bedakan, masakan kita manusia lemah ini malahan membeda-bedakan orang hanya karena satu dua alasan yang mungkin hanya kita buat-buat saja.
Artikel Terkait:
Sumber gambar : BlogSpot