Menjadi Ketua Kelas di Sekolah
Saya teringat kenangan saat dahulu berada di tingkat pendidikan sekolah dasar. Saya dulu bersekolah di SD Strada Bhakti Wiyata I, sekolah Katolik yang berada di dekat rumah, sekitar 1 kilometer perjalanan kaki. Dalam satu tingkat kelas ada 2 kelas, yakni A dan B. Saya sendiri tidak pernah satu kelas dengan Abang, pasti salah satu dari kami masuk ke dalam kelas yang berbeda. Ada juga tiga pasang anak kembar yang lainnya yang satu angkatan dengan saya, ada Rio dan Roy serta Tio dan Tia. Kenangan bermain dan belajar bersama mereka tetap melekat dalam pikiran saya. Mungkin karena mereka dan teman-teman lain adalah orang-orang pertama yang menjadi sahabat saya. Dan kini meski telah 11 tahun berlalu, saya sendiri juga tetap berkomunikasi dengan mereka hingga saat ini.
Kompas juga mengangkat hal serupa dalam Kompas Minggu 26 Juli 2015 yang lalu. Di rubrik “Anak”, Kompas mengangkat tema mengenai “Hore Sekolah Lagi”. Di sana diceritakan tentang hal-hal menyenangkan ketika kembali bersekolah. Tema utamanya ialah: liburan memang menyenangkan, namun kembali masuk sekolah jauh lebih menyenangkan. Kita dapat bertemu dengan teman-teman, kembali tampil rapi dan keren, wali kelas dan guru baru, serta pemilihan ketua kelas baru.
Pelajaran dari Menjadi Ketua Kelas
Saat membaca artikel tersebut, saya jadi teringat lagi kenangan saat bersekolah khususnya di sekolah dasar dahulu. Dan kisah mengenai ketua kelas baru yang paling berkesan bagi saya. Itu sebab selama 6 tahun di SD, saya selalu menjadi ketua kelas.
Di artikel tersebut dituliskan demikian. Di kelas yang baru, kita akan mengikuti acara tahunan, yaitu pemilihan ketua kelas baru. Pemilihan ketua kelas merupakan praktik pemilu kecil-kecilan. Di sini kita belajar tentang sistem demokrasi dan sistem politik yang sederhana. Untuk menyelenggarakan pemilihan ketua kelas perlu dibentuk panitia. Setelah itu, calon ketua kelas akan tampil dan dilanjutkan dengan pemilihan. Setelah ketua kelas terpilih, dilanjutkan dengan pembentukan perangkat organisasi kelas, seperti menentukan bendahara, sekretaris dan seksi-seksi (disadur dengan perubahan).
Di sini dijelaskan pentingnya proses pemilihan ketua kelas. Menjadi ketua kelas memang membanggakan, namun mengikuti prosesnya dengan baik juga merupakan pelajaran berharga. Pengalaman mengikuti pemilihan ketua kelas membuat saya terbiasa mengikuti pemilihan ketua dan seksi-seksi di organisasi dan menetapkan proses pemilihan yang adil serta menerimanya dengan lapang dada. Lebih dari itu, pengalaman menjadi ketua kelas membuat saya terlatih untuk dapat mengayomi berbagai pendapat dari teman-teman yang lain, merangkul satu per satu, dan membuat keputusan bagi kebaikan bersama.
Dan kini saat berada di Jepang pun, Puji Tuhan pengalaman itu sangat bermanfaat. Saya sudah terlatih untuk merangkul teman-teman untuk mengikuti rapat atau pemilihan ketua dan seksi-seksi untuk kegiatan-kegiatan di organisasi. Selain itu, saya juga semakin dilatih untuk memiliki integritas, bertanggung jawab atas tugas yang diberikan. Dan yang terpenting untuk tetap netral dan adil, mengayomi semua anggota tanpa pilih kasih. Suatu hal yang sangat sulit, jika kita telah terbiasa berada di pucuk pimpinan.
Artikel tentang menjadi ketua kelas mengingatkan saya kembali nilai-nilai esensial menjadi ketua kelas. Ada nilai integritas, kesetiaan, keadilan, dan tanggung jawab ketika menjadi ketua kelas. Dan saya berjanji untuk tetap menjunjung nilai-nilai itu.
Sumber gambar: wikihow