HKBP Bagi Suku Batak
Sungguh beruntung saya menjadi seorang yang dilahirkan di keluarga yang berasal dari Suku Batak. Mengapa saya katakan seperti itu? Ya, karena saya begitu merasakan bahwa Suku Batak telah memberikan begitu banyak nilai kebaikan di dalam kehidupan saya. Suku Batak yang sekarang kita kenal adalah Suku Batak yang sudah mengalami begitu banyak kemajuan dalam bidang apa pun. Ada orang Batak yang duduk di dalam posisi-posisi penting di Indonesia, ada banyak pengusaha-pengusaha muda yang sukses, bahkan juga ada pemuda-pemuda yang turut serta di dalam perubahan arah bangsa ini.
HKBP Bagi Suku Batak
Kali ini saya akan membahas peran HKBP di dalam perkembangan Suku Batak. Ini murni saya tuliskan di dalam momentum Perayaan Puncak 150 Tahun HKBP di Jakarta. Tulisan ini juga murni berasal dari pikiran dan pengetahuan saya yang mungkin amat terbatas. Tulisan mengenai bagaimana peran HKBP di dalam kehidupan suku Batak.
Seperti yang kita ketahui, Suku Batak adalah salah satu suku yang ada di Indonesia, dan mempunyai basis di wilayah Sumatera bagian Utara, yang sekarang kita kenal sekarang sebagai Sumatera Utara, terutama di bagian sekitar Danau Toba. Di tahun 1824, pekabar Injil datang ke tanah Batak untuk yang pertama kali dari Gereja Baptis Inggris yaitu Pdt. Burton dan Pdt. Ward. Banyak pergumulan yang terjadi di dalam proses pemberitaan Injil di tanah Batak, pada tahun-tahun itu. Tanggal 31 Maret 1861, diperingati sebagai tanda diterimanya pekabaran Injil di Tanah Batak dimulai dengan adanya baptis perdana yang dilakukan oleh Pdt. Van Asselt terhadap dua orang suku Batak (Jakobus Tampubolon dan Simon Siregar) di Parau Sorat, Sipirok. Ini adalah baptisan pertama yang diterima oleh orang Batak dan tanggal ini sampai sekarang diperingati sebagai hari Hakaristenon di Tapanuli. Selanjutnya, 7 Oktober 1861 merupakan hari lahirnya Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), ditandai dengan berundingnya empat orang Missionaris, Pdt. Heine, Pdt. J.C. Klammer, Pdt. Betz dan Pdt. Van Asselt (mereka berasal dari zending Emerllo Belanda dan Zending Rheinische Mission Jerman). Keempat tenaga zending ini mengadakan rapat di Sipirok untuk membicarakan pembagian wilayah pelayanan di Tapanuli.
Kemudian, 20 Mei 1864, Pdt. I. L. Nommensen membangun gedung di dusun Dame I yang terletak di Desa Saitnihuta Ompu Sumurung, kemudian dinamakannya Godung Huta Dame. Dan pada 29 Mei 1864 Pdt. I. L. Nommensen mengadakan kebaktian minggu pertama di Godung Huta Dame, dan meresmikan gereja pertama yang dibangunnya di Tanah Batak, yaitu HKBP Saitnihuta (Huta Dame Saitnihuta) dan HKBP Pearaja (Kedua gereja ini satu kepanitiaan dalam merayakan Pesta Jubileum.
Misionaris-misionaris ini kemudian mengajarkan anak-anak Suku Batak untuk membaca, menulis, dan berhitung, sekaligus sambil memberitakan kabar Injil kepada Suku Batak. Di dalam perjalanan pemberitaan Injil di tanah Batak, ada banyak nyawa yang dikorbankan demi tersebarnya Injil. Perkembangan pesat pemberitaan Injil semakin didukung ketika Alkitab di dalam Bahasa Batak (Bibel) berhasil dibuat oleh beberapa misionaris. Semakin lama, Kristus semakin diterima oleh Suku Batak, di mana para Raja Batak mulai memberikan diri mereka untuk dibaptis saat itu. Para rakyatnya secara tidak langsung juga akhirnya mau dibaptis.
Sumber gambar : blogspot