Memiliki Adik Perempuan
Saya tidak tahu mengapa saya harus pindah ke bangku bagian belakang setelah kami beristirahat sejenak. Awalnya, saya duduk di bangku bagian tengah bersama dengan Kak Ipan dan Tante Hana. Sedang Iva, Grace, dan Angel duduk di belakang. Mereka tertidur dengan pulas selama perjalanan turun dari puncak yang lumayan tersendat. Kami beristirahat sejenak di rest area KM 38 Tol Jagorawi setelah duduk hampir tiga jam di mobil.
Setelah beristirahat sejenak sambil menunggu kedatangan mobil satunya, kami kemudian melanjutkan perjalanan. Saya pindah ke belakang dan duduk bersama dengan Grace. Angel dan Iva duduk bersama dengan Tante Hana di bangku tengah. Sepanjang sisa perjalanan, Grace dan saya saling bertukar cerita. Saya menceritakan masa-masa ketika dahulu seumuran dengan dia. Dia pun bercerita mengenai keluarga besarnya, adiknya Gregor, sekolah, dan banyak hal lainnya. Grace adalah anak perempuan bertubuh mungil, namun ia adalah periang dan ekspresif. Dia sering menarik bahu saya turun supaya ia dapat berbicara lebih dekat ke telinga saya. Saya pun mendengarkannya dengan penuh saksama meski sesekali melucu. Obrolan kami berdua juga mengundang rasa ingin tahu Angel dan Iva yang kemudian juga bergabung dengan kami.
Kejadian tak terduga muncul, ketika sedang membicarakan perihal Tania yang ribut dengan Angel karena saling mengata-ngatai di retret, Grace tiba-tiba muntah. Kami satu mobil juga ikutan kaget, apalagi saya yang duduk persis di sebelahnya. Aroma bau muntah yang menyengat mulai saya rasakan, namun saya tetap dapat berpikiran dingin. Saya meminta plastik kresek dari Tante Hana sebagai tempat untuk muntahan Grace. Ia terlihat ketakutan dan panik menyadari celana, baju, tangan, dan beberapa tas juga terkena muntahan dia. Ia merasa bersalah. Saya menenangkan dia dengan beberapa ucapan lembut dan memintanya untuk memindahkan muntah ke plastik. Beberapa lembar tisu dari Tante Hana saya pergunakan untuk mengelap tangan dan mulut Grace. Saya terus membisikkan padanya untuk tetap tenang dan jangan takut. Iva dan Grace terdiam, mereka tidak dapat melakukan apa-apa. Mungkin ada perasaan jijik bercampur tidak enak terhadap teman mereka sendiri.
Ternyata tisu-tisu itu tidak cukup. Om Hani memberikan sebuah handuk kecil untuk membersihkan sisa-sisa muntahan. Secara perlahan, tas, celana dan baju berhasil dibersihkan. Ketenangan dan kematangan saya menghadapi masalah ini benar-benar berguna. Grace tidak lagi ketakutan. Saya berhasil menenangkannya. Minyak angin yang diberikan oleh Tante Hana kemudian saya oleskan ke tangannya agar aromanya dapat ia cium. Bagian leher dan tengkuk belakang juga saya olesi dengan minyak angin ini.
Pengalaman telah memberikan pengajaran kepada saya, bahwa perawatan terbaik bagi orang yang baru saya muntah adalah dengan memijat perlahan bagian belakang leher. Saya berdoa sambil terus mengoleskan minyak angin itu ke leher Grace, berharap kondisinya membaik. Dan doa saya dijawab oleh Tuhan, Grace sudah pulih ketika kami keluar pintu tol Kalimalang.
Saya Seperti Memiliki Adik Perempuan
Di Restoran Ayam Tulang Lepas di sekitaran Kalimalang, kami sepakat untuk makan bersama. Sebelum makan, saya menemani Grace untuk membersihkan baju dan celananya dengan membilaskan air secara perlahan. Ia sempat menirukan gerakan mengguyur air dengan gayung seperti mandi yang membuat kami berdua tertawa terbahak-bahak. Tangan dan mulutnya juga saya basuh dengan air. Keluar dari kamar mandi, saya menggandeng tangannya menuju meja tempat kami makan dengan ditemani senyum lebar khasnya.
Saya bersyukur hari itu ketenangan saya dapat berguna bagi orang lain. Grace yang tadi muntah kini dapat tertawa lagi bersama dengan kami. Kami juga bersukacita ketika mendengarkan beberapa celotehan polosnya. Ia bercerita juga mengenai arti nama dia dan kakaknya, Iva. Setiba di rumah Tante Hana, saya menyuruhnya untuk mandi dan mengganti pakaian. Ia telah menjadi adik perempuan bagi saya selama beberapa hari ini, setidaknya itulah yang saya rasakan ketika dengan manja dan polos ia bercerita danmenarik bahu saya turun untuk mendekatkan telinga saya padanya. Jadi, di hari Sabtu itu, saya beroleh anugerah yang begitu indah, menjadi kakak bagi seorang adik perempuan, Grace namanya. Ia benar-benar telah menjadi anugerah bagi saya. Saya seperti memiliki adik perempuan.