Abram Dipanggil Allah
Dalam kehidupan sebagai orang percaya, kita kerap diperhadapkan pada situasi-situasi yang dilematis, khususnya yang menyangkut masa depan kita. Dalam keadaan seperti itu, keraguan dan kebimbangan akan sering menggelayuti pikiran kita ketika kita harus menentukan pilihan apa yang harus kita ambil atau keputusan apa yang harus kita berikan. Kita bingung karena kita sama sekali tidak memiliki gambaran tentang apa yang akan terjadi ke depan. Di sinilah dibutuhkan kepekaan dan keberanian untuk meminta Tuhan menunjukkan kepada kita apa yang harus kita lakukan. Iman yang besar merupakan pijakan kita untuk meyakini bahwa apapun yang Tuhan putuskan untuk kita lakukan, itu merupakan hal yang terbaik.
Ketika Abram Dipanggil Allah
Abram berasal dari keluarga mapan. Terah, sang ayah, begitu mengayomi keluarganya sehingga ketika memutuskan untuk pindah dari Ur-Kasdim, dia membawa serta seluruh anggota keluarganya. Tidak terkecuali Abram, anaknya, beserta Sarai, istri Abram. Ketika mereka sampai di Haran, ayah Abram yakni Terah, meninggal. Lalu Tuhan menyuruh Abram memisahkan diri dari keluarga besarnya. Panggilan Allah diikuti janji bahwa Allah akan membuat Abram menjadi bangsa yang besar dan membuat namanya masyhur serta menjadikannya berkat.
Panggilan Allah ini mungkin saja membuat Abram bingung, karena sebelumnya sang ayahlah yang selalu memberikan keputusan. Kini Abram harus memutuskan sendiri, apakah dia akan pergi seperti yang diperintahkan Allah kepadanya atau tidak. Namun Abram memilih taat kepada perintah Tuhan. Ia berangkat meninggalkan keluarga besarnya dan membiarkan Tuhan memimpin perjalanannya.
Abram menjadi teladan kita dalam hal iman dan ketaatan. Iman kita harus dilatih untuk melakukan langkah-langkah yang seolah mustahil, tetapi yang sebenarnya telah Tuhan perintahkan kepada kita. Jangan biarkan rasio kita mengalahkan suara Tuhan. Ambilah langkah yang diperlukan jika kita telah mendengar perintah Tuhan. Bila itu merupakan pimpinan Tuhan yang sejati, semua akan berakhir dengan baik.
Ya, semua pasti akan berakhir baik, saya percaya itu.
Disarikan dari: Kejadian 12:1-8