Benih yang Jatuh di Tanah yang Baik
Ada banyak perumpamaan yang sering Yesus gunakan untuk mengajar murid-muridnya maupun mengajar orang banyak. Salah satunya adalah perumpamaan penabur benih yang dituliskan dalam Matius 13:1-23. Perumpamaan mengenai seorang penabur yang menaburkan benih dan benih-benih itu jatuh di empat jenis tanah: tanah pinggir jalan, tanah berbatu-batu, tanah penuh semak duri, dan tanah yang baik dan subur. Sampai di sini, Anda tentu mulai mengingat-ngingat mengenai makna dari perumpamaan ini.
Di dalam kitab Markus, dituliskan bahwa Yesus memarahi murid-murid-Nya karena mereka tidak bisa mengerti perumpamaan ini: “Lalu mereka berkata kepada mereka:’Tidakkah kamu mengerti perumpamaan ini? Kalau demikian bagaimana kamu dapat memahami semua perumpamaan lain?'” (Markus 4:13). Sekilas dapat kita mengerti, bahwa perumpamaan ini adalah perumpamaan terpenting yang dikatakan Yesus. Pertanyaannya, mengapa perumpamaan ini menjadi penting daripada perumpamaan lainnya?
Matius menuliskan kisah perumpamaan ini bersama dengan enam perumpamaan lainnya mengenai hal Kerajaan Sorga (dapat dilihat dalam Matius 13:1-52). Dan semua perikopnya dimulai dengan frasa ini, “Hal kerajaan surga itu seumpama…” Semuanya, kecuali perumpamaan yang pertama, yiatu perumpamaan mengenai seorang penabur. Perumpamaan mengenai seorang penabur yang menaburkan benih ke empat jenis tanah ini tidak dimulai dengan, “Hal kerajaan surga itu seumpama…” karena itu bukan mengenai definisi kerajaan surga, melainkan mengenai pengertian kerajaan; tentang hidup dalam kerajaan dan tetang menerima kebenaran mengenai kerajaan.
Benih yang Jatuh di Tanah yang Baik
Dalam perumpamaan mengenai penabur itu, Yesus berkata bahwa benih yang ditaburkan itu melambangkan “firman mengenai Kerajaan Sorga” (Matius 13:19). Dengan kata lain, ketika Anda mendengar mengenai kebenaran Allah, seperti yang disampaikan di dalam Alkitab, Anda mendengar “firman mengenai Kerajaan Sorga”–sebuah firman tentang sudut pandang Allah terhadap kehidupan ini. Tetapi ada empat kemungkinan yang terjadi pada Firman itu: Iblis dapat merampasnya jika hati Anda terlalu sulit untuk menerimanya. Anda juga dapat mempercayainya hari ini tetapi membuangnya besok karena masalah dan tantangan datang. Atau Anda dapat mempercayainya hari ini namun kemudian membuangnya esok hari karena Anda terpkat oleh daya tarik dunia ini.
Dan yang terakhir, Anda dapat menerima dan percaya pada benih Firman itu dan mengijinkannya bertumbuh di hati Anda dan menghasilkan buah yang banyak. Inilah benih yang jatuh di tanah yang baik. Anda memiliki telinga untuk mendengar dan mata untuk melihat sudut pandang Allah dalam hidup Anda (Matius 13:13).
Tentu saja, benih yang jatuh di tanah yang baik adalah yang diinginkan Yesus. Namun, Yesus memberikan kebebasan untuk memilih kepada kita. Apakah Anda mau menjadi tanah di pinggir jalan? Atau tanah yang berbatu-batu? Tanah dengan semak duri? Atau menjadi tanah yang baik, yang mengijinkan Firman itu tumbuh, berkembang, dan menghasilkan buah?
Sumber gambar: http://childrenschapel.org/biblestories/