Berani Berkata Tidak!
Sebelumnya
Kereta terus saja terguncang-guncang karena batu di sepanjang jalan. Aku sadar, ke depannya, perjalananku juga akan sama seperti ini. Perjalananku tidak akan mulus dan lurus. Perjalananku akan menguncang-guncangkan jiwaku, bahkan mungkin akan menyakitkan. Tapi aku yakin, meskipun perjalananku sangat sulit dan berbahaya, tapi kalau Tuhan bersama dengan aku, semua bisa kulalui. Semua bisa kuhadapi kalau Tuhan ada di sampingku.
Sepanjang perjalanan aku hanya bisa berdoa dalam hati.
Tuhan Allah, mampukan aku agar bisa hidup setia meskipun ada di daerah baru.
==========
Akhirnya kami sampai juga ke negeri yang bernama Babel. Di sini aku dan teman-temanku yang dibawa dari Yehuda akan hidup. Kami akan dididik untuk bekerja dalam istana raja Nebukadnezar. Kata Aspenas, kepala istana, kami akan diajarkan tulisan dan bahasa orang Kasdim. Kami akan diajarkan tata krama dan budaya orang Kasdim. Kami dipaksa untuk dapat segera menjadi “orang Kasdim”. Bisa berbicara dan bergaul dengan orang-orang di daerah baru tentunya.
Aku sangat senang bisa membantu raja nantinya. Aku senang bisa mempelajari bahasa dan budaya baru. Aku senang apabila aku dan orang-orang dari negeriku dihargai. Tidak dijadikan budak atau pembantu. Kami malah diajari dan dididik. Aku sadar ini adalah karena kasih Allah. Aku sadar, Allah sama sekali tidak akan meninggalkan kami, meskipun ada di daerah baru. Kasih Tuhan tidak mengenal jarak dan waktu. Allah sama baik kemarin, hari ini dan sampai selama-lamanya.
Tapi ada satu hal yang membebani pikiranku. Ya, raja dan orang-orang Babel berusaha mengubah identitas kami. Aku dan tiga orang temanku diubah namanya. Aku, DANIEL diberi nama Beltsazar, temanku HANANYA dinamai Sadrakh, MISAEL dinamainya Mesakh, dan AZARYA dinamai Abednego. Aku sadar ini adalah nama-nama dewa orang Babel. Mereka berusaha mengubah identitas kami. Identitas asal kami, asal dari orang Ibrani (Yehuda), yang mengenal Tuhan Allah. Mereka ingin agar kami berempat menjadi sama seperti mereka. Mengikuti semua kebiasaan dan adat mereka. Mengikuti kehidupan mereka yang jelas-jelas menyimpang dari perintah Tuhan Allah.
Raja sendiri menetapkan bagi kami semua orang buangan dari Yehuda, agar dididik selama tiga tahun. Dan selama proses itu, raja menyuruh memberikan santapan raja dan dari anggur yang biasa diminum raja. Makanan yang enak dan lezat bagi mereka. Tapi, sesungguhnya itu adalah makanan yang najis bagi Allah. Sebelum dihidangkan, makanan itu terlebih dahulu dipersembahkan kepada dewa-dewa mereka. Tindakan yang jelas berbeda dengan perintah Allah. Seharusnya hanya Tuhan Allah sajalah yang disembah, dan perintah-Nya yang harus dilakukan.
Aku sendiri sadar ini adalah salah satu cobaan di daerah baru. Aku sadar, hidup benar di hadapan Allah haruslah menjadi prioritas dalam hidup ini. Allah haruslah menjadi tujuan hidupku. Oleh karena itu, aku berketetapan untuk tidak menajiskan diri dengan santapan raja. Aku tidak mau memakan makanan yang ditetapkan raja Nebukadnezar. Aku berkata TIDAK! Aku tidak mau melanggar perintah Tuhan Allah. Aku ingin hidup kudus di hadapan-Nya.
Aku sadar ini hanyalah ujian awal bagi keyakinan dan imanku kepada Tuhan Allah. Di depan, akan banyak ujian serupa yang akan memaksa kami untuk melanggar perintah Tuhan. Tapi aku berjanji dalam hatiku, aku ingin tetap hidup di jalan yang ditetapkan Allah. Di luar itu, di luar perintah dan ketetapan Tuhan Allah, aku akan berkata TIDAK. Untuk hal yang melanggar Firman Tuhan, sekali lagi TIDAK!
Disarikan: Ibrani 13:8, Daniel 1:4-8