Barang Bekas
Sungguh suatu pengalaman yang menarik ketika saya berkesempatan untuk ikut dalam menjual barang-barang bekas di Gasibu, Bandung, tepatnya tanggal 10 Juli 2011. Bicara soal barang bekas, yang disebut bekas adalah sudah tidak terpakai oleh pengguna sebelumnya, padanannya adalah mantan (untuk manusia). Memang di satu sisi, yang namanya bekas pasti sudah tidak layak/ingin dipakai lagi–tetapi sisi lainnya, masih ada orang-orang lain yang mau dan ingin memakainya.
Saya dan beberapa teman lain serta kakak dan abang dari Tim Pembina Siswa (TPS) Bandung menjual barang-barang bekas. Barang di sini adalah adalah kaos, kemeja, dan celana. Alasan dijatuhkannya pilihan kepada ketiga barang itu adalah kemudahan mencari, membawa, dan menjualnya kembali. Semuanya juga masih bagus dan layak pakai. Keuntungannya digunakan untuk biaya Retreat Siswa Bandung (RSB) yang akan dilaksanakan tanggal 30 Juli-01 Agustus 2011.
Pengalaman Menjual Barang Bekas
Saya dan Chandra telah bertemu di Simpang Dago pukul 05.10 pagi itu. Kami langsung berangkat ke Gasibu untuk mempersiapkan tempat. Di sana sudah ada Bang Asbar dan Kak Novi. Kami mulai merapikan tempat dan juga pakaian-pakaian yang akan dijual. Hari masih gelap ketika kami selesai merapikan semuanya. Kami sempat berbincang-bincang sejenak sambil diiringi canda tawa. Pagi datang dan pengunjung mulai berdatangan. Seiring berjalannya waktu, mulai datang kakak dan abang yang lain yang membantu berjualan. Ada pula tambahan baju-baju yang akan dijual yang dibawa oleh Bang Hans. Saya sendiri harus pamit karena akan pergi ke gereja pada pukul 7 pagi di HKBP Riau Martadinata. Sudah ada beberapa baju yang laku terjual saat itu.
Keuntungannya dari kegiatan menjual baju bekas, menurut teman saya–Chandra dan Santa–sekitar 300 ribu setiap kali diadakan. Pasti ada banyak orang yang mau mendapatkan kaos, kemeja, ataupun celana yang masih bagus dengan harga yang terjangkau–hanya berkisar 5 ribu hingga 15 ribu. Di satu sisi, pakaian bekas itu memang sudah tidak terpakai dan tidak ingin disimpan lagi. Di sisi lainnya, ada orang yang rela memberikan uangnya untuk memiliki pakaian bekas itu.
Penjualan barang-barang bekas memang amat menguntungkan kedua belah pihak–penjual dan pembeli. Penjual bisa memperoleh uang dari barang yang tidak ia perlukan lagi. Pembeli bisa memperoleh barang dengan harga yang terjangkau dibandingkan tempat lain. Sungguh amat menyenangkan ketika melihat orang-orang merasa puas. Pembeli puas memperoleh barang yang ia inginkan. Penjual puas karena barangnya laku.
Pengalaman menjual barang-barang bekas (pakaian bekas) di pagi ini memberikan saya sebuah gambaran baru mengenai kehidupan manusia. Manusia akan selalu hidup berdampingan. Manusia membutuhkan orang lain untuk dapat melanjutkan hidupnya. Penjual membutuhkan pembeli agar ia dapat makan. Pembeli juga butuh penjual, sebab tidak ada tempat lain untuk memenuhi kebutuhannya. Manusia tidak bisa egois–karena sehebat apapun mereka, mereka tetap membutuhkan orang lain di sekitarnya.