Kabut Dalam Hidup
Pagi ini pertama kalinya saya melihat kabut di kota Bandung, tepat dari halaman belakang indekos saya. Kabut itu amat tebal dan seakan-akan menghalangi pandangan saya. Bangunan-bangunan yang harusnya terlihat dengan jelas menjadi tidak terlihat sama sekali. Kabut sebenarnya adalah uap air yang berada pada lapisan udara yang rendah, dan uap air itulah yang mendistorsi cahaya pantul sehingga mengaburkan pandangan kita. Seiring matahari yang mulai terbit dan suhu udara yang memanas, kabut itu pun berangsur-angsur menghilang–membuat pandangan kembali menjadi jelas.
Kabut Dalam Hidup
Pengalaman melihat kabut mengingatkan saya akan kabut yang lebih besar yang sering muncul, yakni kabut dalam hidup. Masalah dan rintangan seringkali muncul seperti kabut yang menghalangi pandangan kita. Pandangan mengenai tujuan hidup atau masa depan menjadi kabur ketika masalah muncul di dalam hidup ini. Kita menjadi ragu dan khawatir karena kita tidak lagi mampu melihat dengan jelas. Pandangan yang kabur seperti pandangan saya ketika melihat bangunan di Bandung pagi itu.
Yakinlah, selalu ada pribadi yang seperti matahari di dalam hidup ini. Pribadi yang mampu melenyapkan kabut dalam hidup itu. Ya, pribadi itu hanyalah Yesus seorang. Yesuslah yang mampu membuat pandangan kita menjadi jelas meskipun banyak masalah dan rintangan yang menghadang. Yesuslah yang mampu menghilangkan kabut itu dari hidup kita.
Tetapi yang perlu kita sadari adalah, Yesus bukan melenyapkan kabut itu selama-lamanya. Kabut itu masih akan turun esok, lusa, bulan depan, tahun depan–atau kapanpun–yang kita tahu pasti Yesus akan selalu ada di samping kita dan membantu kita mengatasi kabut itu.