Kebaktian Keluarga
Hari ini kurasa bahagia
Berkumpul bersama saudara seiman
Tuhan Yesus t’lah satukan kita
Tanpa memandang diantara kita
Bergandengan tangan
Dalam kasih, dalam satu hati
Berjalan dalam terang kasih Tuhan
Kau sahabatku
Kau saudaraku
Tiada yang dapat memisahkan kita
Kau sahabatku
Kau saudaraku
Tiada yang dapat memisahkan kita
Sebuah lagu yang kembali saya nyanyikan kemarin malam pada P2S (Pembinaan Pelayan Siswa) di Cipaku Permai. Kebaktikan yang diadakan oleh Tim Pelayanan Siswa (TPS) Bandung untuk para anggotanya. Lagu ini memilki kata-kata indah dan amat berkesan bagi siapa pun yang menyanyikannya. Di dalam lagu ini, sebagai saudara seiman di dalam Kristus, kita semakin diteguhkan di dalam persatuan dan persekutuan dengan-Nya. Reffrein dari lagu ini juga memberikan kesempatan bagi kita untuk mengutarakan kesatuan itu dalam bentuk bergandengan tangan. Ya, bergandengan tangan.
Teringat Kebaktian Keluarga
Namun, bukanlah isi lagu itu yang ingin saya bagikan melalui tulisan ini. Kemarin, saat saya menyanyikan lagu ini bersama-sama dengan Kak Icha dan Bang Adi, saya kembali teringat akan kenangan saat mama, adik, dan saya meyanyikan lagu tersebut bertiga pada kebaktian keluarga. Saat sedang kebaktian keluarga, tidak jarang lagu ini dipilih oleh saya atau adik untuk dinyanyikan. Di reffrein lagu itu, kami selalu bergandengan tangan bertiga dan saya amat merasakan betapa kuatnya persatuan di dalam keluarga ini apalagi saat Yesus ada di tengah-tengahnya. Kebaktian keluarga yang akan selalu saya ingat dalam hidup ini.
Kebaktian P2S kemarin hanya diikuti oleh enam orang. Pada pukul 18.30, ibadah dimulai, di mana ada Kak Icha sebagai Pemimpin Pujian, Chandra dan Mada sebagai gitaris, Kak Adi sebagai pembawa renungan, beserta dengan saya. Bang Asbar datang saat pembawaan renungan. Saat lagu pujian “Hari ini Kurasa Bahagia” dinyanyikan, kenangan itu muncul kembali ke dalam permukaan pikiran saya. Saat Chandra dan Mada bermain gitar, dan Kak Icha berada di depan memimpin pujian, Kak Adi dan saya bergandengan tangan bersama. Ya, bergandengan tangan seperti yang sering saya lakukan dulu bersama dengan mama dan adik, bertiga. Kalau kemarin saya hanya melakukannya berdua dengan Kak Adi, rasanya tidak berbeda. Kesatuan itu amat benar saya rasakan di dalam keluarga TPS ini. Kesatuan yang amat saya rasakan bahkan di saat jumlah yang ikut kebaktian hanya lima orang.
Kenangan ini sempat membuat saya terhenyak saat menyanyikan lagu ini kemarin. Saya memutuskan untuk menuliskan kembali pengalaman ini untuk semakin menguatkan saya dalam mengikut Tuhan Yesus. Persatuan dan persekutuan dengan orang-orang seiman membuat Anda dan saya menjadi lebih kuat, karena meskipun hanya beberapa orang yang beribadah bersama, saya tahu pasti Tuhan Yesus ada di tengah kami. Yesus ada di tengah ibadah kami, bahkan Ia turut bergandengan tangan dengan kami di tengah lagu puji-pujian.