PAA
PAA adalah judul film yang sore ini ditayangkan oleh SCTV. Sungguh suatu kebetulan ketika saya menontonnya. Sebuah film yang memberikan banyak nilai sekaligus refleksi pribadi bagi saya.
Refleksi Film PAA
Filmnya sendiri sebenarnya biasa saja. Alur cerita mudah ditebak dan khas India. Kekuatan film ini adalah akting dari Auro yang begitu mempesona dan membuat sosok Auro sebagai sosok yang sangat dekat di hati kita. Auro sendiri menderita penyakit progeria, suatu penyakit genetik yang membuat sel-sel tubuh menjadi tua dengan cepat. Itulah yang membuat dia terlihat seperti lelaki berusia 70 tahun di umurnya yang baru 13 tahun.Dikisahkan Auro adalah anak dari Amol seorang politisi muda yang ingin menunjukkan bahwa politik bukanlah sesuatu yang buruk bila dikerjakan dengan hati. Sayangnya Amol harus berpisah dengan pacarnya karena dia belum siap menikah dan masih berjuang menggapai cita-citanya dalam bidang politik.
Pertemuan Auro dan Amol terasa sangat kebetulan, tetapi sang sutradara berhasil membuat pertemuan itu tidak terlalu klise, yaitu saat pemberian penghargaan bagi siswa berprestasi di sekolah, di mana Auro yang memperoleh penghargaan itu. Adegan saat ibu Auro kembali melihat wajah Amol di TV, ketika Auro berjumpa dengan bapaknya juga mudah ditebak, namun sekali lagi sang Sutradara mengemasnya dengan baik, sehingga adegan itu akhirnya bisa berjalan mulus.
Auro dan Amol kemudian menjadi akrab ketika mereka bepergian bersama di Delhi. Mereka bermain bersama layaknya seorang anak dan ayahnya, meskipun keduanya belum mengetahui hal tersebut. Namun berbeda halnya dengan Vidia, ibu Auro. Dia masih tidak dapat menerima kehadiran pacarnya Amol atau bahkan memberi maaf karena Amol telah meninggalkan dirinya.
Akhir dari cerita ini sungguh membuat air mata meleleh. Adalah detik-detik terakhir hidup Auro yang membuat ayah dan ibunya kembali berbaikan. Bahkan, sesaat sebelum Auro meninggal, mereka melakukan putaran (sebuah adat di India dalam pernikahan).
Hidup Auro yang sebentar ini ternyata memberi dampak yang amat besar. Ia mampu menyatukan kembali kedua orangtuanya, meskipun dia tidak dapat menikmati kenyataan bahwa orangtuanya sudah berbaikan. Sisi lain kehidupan Auro terlihat ketika ia mampu bergaul karib dengan teman-temannya, berprestasi di sekolah, dan memiliki hati yang tulus membantu orang lain. Dengan umur yang hanya tiga belas tahun, Auro mampu memberikan kebahagiaan kepada banyak orang.
Di dalam Tuhan Yesus, kita sudah selayaknya mampu memberikan dampak yang luas bagi lingkungan sekitar kita. Sebuah tanda ucapan syukur yang tulus muncul dari dalam hati kita untuk menjadi garam dan terang bagi dunia ini. Tetapi muncul pertanyaan dalam diri saya, apakah kehidupan saya sudah berdampak?
Sumber Gambar : BlogSpot, BlogSpot