Pegangan Erat Seorang Anak
Hari ini, ketika sedang melintasi Simpang Dago–tepatnya di depan Mc’Donald Simpang Dago, saya begitu terharu dengan apa yang saya lihat. Tanpa pernah saya duga sebelumnya, hari ini, Tuhan Yesus memberikan sebuah pengalaman yang tak terlupakan di dalam hidup saya.
Pegangan Erat Seorang Anak
Pagi hari, keadaan Simpang Dago cukup semrawut. Adanya pasar pagi dadakan dan waktu yang menjelang jam masuk sekolah dan kantor membuat lalu lintas menjadi padat. Hari ini saya berjalan kaki dari indekos menuju ke kampus, sama seperti hari-hari sebelumnya. Tiba di depan Mc’Donald Simpang Dago saya melihat seorang bapak (berusia cukup tua) yang menaiki sepeda dengan membonceng seorang anak perempuan kecil. Saya yakin bapak ini adalah ayah dari anak perempuan ini. Dia sedang mengantarkan sang anak untuk pergi bersekolah. Si anak kecil ini duduk di bagian belakang sepeda. Saat mereka ingin menyeberang jalan, tiba-tiba lampu berwarna hijau dari sisi jalan yang lainnya, membuat si anak menjadi panik karena mobil dari arah berlawanan mulai melintas dengan kecepatan tinggi. Namun, saya melihat si bapak membisikkan sesuatu kepada anaknya. Si anak kemudian menggangguk kecil, lalu memegang erat perut ayahnya. Pegangan erat seorang anak.
Menurut saya, bapak itu membisikkan, “Pegangan yang erat, dek. Bapak tidak ingin kamu jatuh dan terluka.” Lalu dengan segera, bapak itu mengayuh sepedanya dengan kuat dan pergi menjauh lalu menghilang dari hadapan saya, meninggalkan saya dengan perasaan amat terharu. Perasaan terharu melihat bagaimana hubungan bapak dan anak yang begitu dekat.
Pengalaman ini kembali melontarkan pikiran saya akan sesuatu yang lebih penting, yaitu hubungan saya dan Bapa di Sorga. Saya amat menyadari bahwa dalam mengarungi kehidupan ini, Bapa selalu hadir di dekat saya, seperti kedekatan seorang bapak yang membonceng anaknya untuk pergi ke sekolah. Suatu saat, ada mobil-mobil lain yang melintas dari arah lain yang membuat saya menjadi panik dan gentar. Kepanikan dan rasa gentar ini juga kerap muncul ketika saya berhadapan dengan masalah atau rintangan. Namun, Bapa langsung membisikkan sesuatu, mirip seperti bayangan saya akan pengalaman tersebut. “Berpeganglah kepada-Ku, aku tidak ingin engkau jatuh dan terluka.” Seperti itulah bayangan hubungan antara kita—manusia dengan Bapa–Allah sendiri. Ia selalu hadir di dekat kita, ia selalu mau mengantar kita menjalani kehidupan ini. Namun, ketika masalah datang menghadang, kita menjadi panik dan takut. Namun, seperti bapak itu, Bapa di Surga membisikkan sesuatu yang amat meneguhkan dan menentramkan jiwa kita. Ia ingin supaya kita berpegangan lebih erat kepada-Nya. Dengan berpegangan erat dengan-Nya, kita akan mampu melalui masalah dan rintangan yang menghadang tanpa rasa takut dan panik.
Yang menjadi masalah adalah, apakah kita mau mendengarkan bisikan Allah masalah mulai datang? Apakah kita mau berpegangan erat kepada-Nya saat menghadapi masalah itu? Belajarlah dari kisah pegangan erat seorang anak itu.
Sumber Gambar : BlogSpot