Pelayanan TPS dan PSKJP
Sejak memutuskan untuk ikut melayani di Perkantas Jawa Barat–sebagai Tim Pelayan Siswa (selanjutnya, TPS) di Kota Bandung–di semester kedua perkuliahan, saya belum memperoleh gambaran yang jelas soal persekutuan siswa Kristen pada umumnya. Hambatan ini saya rasakan amat menggangu saya di dalam pertemuan-pertemuan yang membahas soal kegiatan TPS. Saya tidak dapat berkomentar banyak soal masalah-masalah siswa.
Pelayanan TPS dan PSKJP
Kesempatan untuk mengenal soal persekutuan siswa datang di hari pertama bulan Juni. Sahabat kami, Johannes Leonardo (baca: Untukmu, Sahabatku#1, Johannes Leonardo) mengajak saya untuk ikut dalam Persekutuan Siswa Kristen Jakarta Pusat yang diadakan di Kramat 7 pada tanggal 4 Juni 2011. Namun sayang, saya tidak dapat ikut karena masih harus berada di Bandung karena ada kegiatan UKSU-ITB.
Kesempatan itu kembali datang pada hari Selasa, 14 Juni 2011. Johanes kembali mengajak saya untuk mengikuti Persekutuan Siswa Kristen Jakarta Pusat di tempat yang sama tanggal 18 Juni 2011. Saya langsung mengiyakannya. Sebuah kesempatan langka untuk lebih mengenal persekutuan siswa Kristen.
Singkat cerita, saya dan Jo pergi ke Kramat 7 bersama. Jo memboncengi saya naik motornya dari rumah. Melalui jalan-jalan yang telah lama tidak saya lalui–Kolonel Sugiyono, Pahlawan Revolusi, Bekasi Barat, Layur, Pemuda, Pramuka, dan Matraman Raya–kami tiba sekitar pukul 1 siang di tempat tersebut. Di sana saya bertemu dengan Yehezkiel Chrisby Gulo dan Marsya Christianti Sibarani–teman SMA adik saya–yang sekarang menjadi pengurus persekutuan siswa di Jakarta Pusat.
Ibadah yang saya ikuti secara garis besar sama persis dengan yang saya ikuti selama ini di TPS Bandung. Hari itu, temanya adalah Being a Witness (Menjadi Saksi). Pendeta yang membawakan khotbah ini adalah Ko Philly yang memberikan gambaran jelas soal cara-cara bersaksi dan menginjili. Di awal ibadah, MC memulai dengan game kecil mengenai menyampaikan ayat secara beruntun. Ada gelak tawa dan canda di tengah-tengah permainan yang mengakrapkan siswa-siswa yang ikut persekutuan hari itu. Setelah itu, MC memimpin kami dalam lagu yang disertai gerakan.
Melakukan Pelayanan TPS dan PSKJP
Ibadah hari itu berakhir dengan cepat. Seperti kebaktian siswa di Bandung yang sudah saya ikuti, setelah doa syafaat dan doa penutup, diadakan ramah tamah yang diikuti semua yang hadir. Hari itu, kami disajikan roti selai srikaya dan coklat beserta air putih. Saat inilah yang paling penting. Bagaimana para TPS menjangkau siswa-siswa melalui obrolan ringan nan hangat. Berbincang sejenak dengan Kiel, Jo, Romandus, dan Marsya memberikan gambaran jelas mengenai siswa-siswa Kristen di Jakarta. Pelayanan TPS sudah menjangkau SMAN 1 Jakarta, SMK 26, dan SMK Pembangunan. Sekolah-sekolah yang menurut pandangan saya cukup sulit dijangkau.
Tetapi ternyata semuanya salah. Melalui banyak pergumulan dan usaha keras, lebih banyak siswa yang terlayani melalui TPS. Itu berarti, semakin banyak siswa yang mengenal Tuhan lebih baik. Dan ini memberikan sebuah suasana baru di tengah lingkungan sekolah yang mayoritas non-Kristen, di mana siswa-siswa Kristen bisa menjadi garam dan terang Kristus.
Hari itu saya menyadari, inilah yang Tuhan Yesus ingin saya lakukan. Melayani lebih banyak siswa-siswa lain, khususnya di Bandung–tempat yang akan menjadi rumah saya selama tiga tahun ke depan. Suatu pelayanan yag menuntut pengorbanan dalam diri saya, membagikan kasih Kristus melalui tindakan dan kesaksian kepada lebih banyak siswa-siswa. Ya, Tuhan Yesus mampukan saya berbuat lebih bagi kemuliaan-Mu.
Terima Kasih untuk Johannes, atas kesempatan dan ajakannya dalam mengikuti PSKJP. Sebuah pengalaman yang sarat akan nilai-nilai Kristen. Membuat saya mengetahui lebih jelas apa yang harus saya lakukan di dalam pelayanan ini.