Dosa Itu Menyakitkan
Cepat atau lambat, kita semua akan merasakan dampak menyakitkan dari dosa. Kadang-kadang perasaan ini muncul dari penyesalan, rasa malu, atau akibat dosa itu sendiri. Dosa membuat kehidupan menjadi gundah–suatu keadaan di mana ada rasa bingung, kecewa, dan khawatir akan apa yang akan dihadapi. Dosa membuat hubungan kita dengan Allah menjadi terputus. Dosa itu menyakitkan. Dan meskipun kita tahu bahwa upah dari dosa itu sendiri adalah maut, kita tidak mampu berbuat apapun–hanya Yesuslah yang mampu memperbaiki semuanya–semua dosa kita.
Dosa Itu Menyakitkan
Bayangkan suatu saat di mana terjadi kombinasi dari seluruh dosa yang Anda lakukan selama hidup ini. Ya, sejak Anda lahir hingga hari di mana Anda membaca renungan ini. Bayangkan pula kombinasi dosa dari orang-orang di keluarga kita dan lingkungan sekitar kita. Lalu tambahkan juga dengan dosa orang-orang di satu kota, satu negara, bahkan seluruh dunia. Dan ini sudah berlangsung ribuan tahun, dari masa penciptaan hingga hari ini.
Yakinlah pada pernyataan ini: Seluruh beban dan dampak dosa itulah yang menekan Yesus pada malam Dia dipanggil untuk menanggungnya (Matius 26:36-44). Dosa menempatkan Yesus pada ujian terbesar. Kasih-Nya kepada dunia ini memampukan Dia untuk menanggung semua beban dosa itu–kasih yang amat besar, yang mampu membebaskan kita semua dari beban dosa itu sampai kapanpun, bahkan selamanya. Dan saya sendiri percaya, berkat kematian dan kebangkitan Yesus, dosa tidak akan mungkin menang.
Kita telah bebas; Kita telah menang.
Dosa tidak lagi dapat menekan hidup ini.
Yesus membuat kita semua beroleh kemenangan,
kemenangan atas dosa selama-lamanya.