Jumat Agung
Pada hari Jumat Agung itu, segalanyanya terbalik. Ia adalah Hakim Agung, namun sekarang membiarkan diri-Nya diadili oleh segerombolan penjahat berjubah imam. Eksekusi dijalankan, suara cambuk di tengah-tengah rintihan, pukulan, perlakuan kasar dan gelak tawa para tentara Romawi menambah kengerian itu, sementara mereka tidak tahu Dia, yang mereka eksekusi.
Mengenang Peristiwa Jumat Agung
Yang Mahakuasa seolah tidak berdaya. Mulut Pencipta Alam Semesta sekarang kelu. Tangan yang pernah membentuk manusia sekarang dibiarkan terpaku di atas kayu salib yang kasar. Darah mengering di wajah-Nya. Kepala-Nya penuh darah, perih terkena duri. Tombak tajam menusuk lambung Sang Pemberi Kehidupan.
Ia adalah Pencipta namun mengurbankan diri-Nya untuk menyelamatkan kita semua, ciptaan yang dikasihi-Nya. Saudara, meski waktu terus bergulir sebagaimana biasanya, namun sejarah telah mencatat bahwa Jumat Agung itu bukanlah jumat yang biasa. Sang Mesias menyerahkan diri sebagai korban penebus dosa manusia. Saat Dia mati, gempa terjadi menggoncangkan perut bumi. Tirai Bait Allah terbelah menjadi dua. Ruang kudus yang dulu tertutup rapat sekarang tersingkap. Peristiwa kematian Yesus Kristus pada Jumat Agung membuat hubungan Allah menjadi dekat dengan manusia. Bukan lagi Allah yang jauh dan sulit dijangkau, sebaliknya Allah bisa dihampiri setiap saat. Dosa diampuni, hubungan yang rusak dipulihkan, hidup yang dulu mati kini berpengharapan. Ya, itulah makna Yesus menyerahkan diri-Nya di atas kayu salib.
Jadikanlah Jumat Agung dan Paskah tahun ini menjadi makna yang mengubah hidup, berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Ada catatan dari Kalvari yang tergores dan menggores dalam hati kita.
Sumber Gambar : www.turnbacktogod.com