Langsung Berangkat
Masih dalam suasana Natal, pasti Anda tahu cerita mengenai orang Majus dari Timur. Sedikit informasi mengenai orang Majus, dalam bahasa aslinya orang Majus berarti Magician, bisa juga disebut orang-orang yang paham mengenai perbintangan. Mereka jadi paham mengenai makna bentuk atau posisi bintang. Selain itu, dalam drama kelahiran Yesus, orang Majus seringkali digambarkan dengan 3 orang, mewakili persembahan yang mereka berikan, yaitu emas, kemenyan, dan mur. Sebenarnya orang Majus bisa lebih dari 3 orang, apabila memperhitungkan jarak perjalanan mereka. Baiklah itu sedikit informasi mengenai orang Majus, dan mari kita membaca Alkitab dalam Matius 2:1-12.
Kisah Orang Majus Langsung Berangkat
Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem, di tanah Yudea, pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem (Matius 2:1). Mereka berasal dari tanah yang jauh. “Timur” diperkirakan berada di Babel atau sekarang dikenal sebagai Irak. Ratusan kilometer jaraknya dari Yerusalem, melewati medan gurun pasir yang berat, ditempuh dengan berjalan kaki atau menunggang unta. Mereka disebut kaum Majus, para sarjana dan orang bijak pada masanya, penelaah ilmu perbintangan, yang biasanya bekerja di istana sebagai penasihat raja.
Dan, orang-orang bijak itu mengambil keputusan bijaksana. Injil Matius menyiratkan bahwa mereka tidak menunda-nunda keberangkatan mereka. Mereka tidak menunggu raja itu menjadi dewasa dan tampil sebagai sosok termasyhur, baru mendatanginya. Tidak, mereka langsung bersiap-siap melakukan perjalanan jauh untuk mencari Dia, meninggalkan pekerjaan dan kehidupan sehari-hari mereka. Mereka langsung berangkat hendak menyampaikan penghormatan meski Sang Raja baru lahir. Kita tahu kemudian, kegigihan mereka membuahkan hasil gemilang. Mereka dapat bertemu dengan Raja Diatas Segala Raja, Yesus Kristus.
Langsung Berangkat Temui Yesus
Sudah setahun lebih saya tinggal di Jepang sebagai mahasiswa asing. Saya bergereja di Gereja Indonesia di Tokyo, yang perjalanannya perlu sekitar 1 jam naik kereta. Kalau dihitung dengan kecepatan kereeta Jepang, jaraknya lumayan jauh. Di gereja, saya juga menemukan banyak orang yang tempat tinggalnya jauh dari gereja. Ada yang makan waktu 1, 5 jam, 2 jam, bahkan ada yang sampai 4 jam. Orang itu biasanya datang ke rumah temannya di Tokyo pada hari Sabtu, dan kembali Minggu siang, pulang gereja. Alasannya agar tidak terlambat untuk sampai ke gereja. Saya bisa menyaksikan bagaimana kegigihan orang Indonesia di Jepang yang berusaha untuk datang beribadah di Gereja setiap hari Minggu.
Sekarang pertanyaannya, seberapa gigih kita mencari Dia? Kita tak perlu lagi menempuh perjalanan jauh seperti para Majus. Kita dapat mencari Dia di tengah kesibukan sehari-hari dengan meluangkan waktu bersaat teduh, yang kita khususkan untuk menyembah dan belajar dari Kristus. Lalu pada hari Minggu, bersama-sama dengan saudara seiman beribadah, memuji, dan mendengarkan Firman Tuhan di Gereja.
Apakah kita memprioritaskan kesempatan istimewa ini? Seberapa besar kerinduan kita mengenal Dia, mengembangkan hubungan pribadi dengan Dia, mencari dulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya? Atau, kita terlalu sibuk dengan aktivitas “penting” kita dan lebih suka menunda untuk langsung berangkat? Marilah mulai dari sekarang kita langsung berangkat kepada Allah.
sumber gambar : blogspot