Maukah Engkau Menerima Kasih itu?
Hari itu aku lupa tanggal berapa, yang pastinya aku sedang dalam perjalanan pulang dari sebuah perayaan natal. Dan dalam perjalanan itu aku bertemu dengan seseorang yang belum kukenal sebelumnya. Ia berkata padaku, “Apakah yang kamu ketahui tentang Yesus?”
Aku sempat terdiam sejenak. Ia berkata lagi, “Apakah kamu tahu tentang hidup-Nya? Atau ajaran-Nya?”
Aku terdiam. Berpikir sejenak kembali ke masa lalu, lalu mulai menjawab pertanyaannya, “Aku tidak tahu banyak tentang dia. Yang aku tahu, dahulu adalah seorang yang hidup di dalam dosa dan kebencian, tetapi Tuhan membawaku keluar dari semua hal itu dengan tangan yang kuat.”
“Tuhan membuat tanda-tanda dan mujizat yang besar di depan mata saya. Ia memberikan kepada saya kehidupan yang baru seturut dengan janji-Nya,” tandas saya selanjutnya.
Kini raut wajahnya mulai berubah, setidaknya itu yang saya lihat ketika kami bersama-sama naik bus. Kami duduk bersebelahan, namun tidak berkata apapun. Sesaat kemudian, saya melihat senyum mulai muncul di wajahnya. Inilah saat yang paling tepat untuk menyampaikan kebenaran mengenai Yesus dan Kerajaan Allah.
“Kasih yang telah saya terima dari-Nya begitu besar. Saya baru mengerti baru-baru ini, bahwa itulah anugerah. Anugerah. Saya tidak layak untuk menerima-Nya, namun Ia memberikannya, dan itu dengan gratis.”
“Hanya satu yang Dia pinta, kawan, hanya satu,” lanjut saya, “Supaya kita percaya kepada-Nya. Melakukan segala perintah dengan setia di hadapan Tuhan.”
Saya telah memperoleh kasih Allah itu. Kasih “meskipun” yang telah membuat hidup saya berubah. Saya juga ingin membagikan kasih itu kepadamu hari ini. Bagiku, ini bukanlah kebetulan. Bukan sama sekali. Sekarang, ijinkan saya bertanya, “Maukah engkau menerima kasih itu?”
Maukah Engkau Menerima Kasih itu?
Kisah di atas adalah kisah yang dibuat dari Ulangan 6:20-25, yang berkisah mengenai perkataan Musa kepada Bangsa Israel. Natal yang akan kita rayakan sebentar lagi mungkin adalah Natal ke-sekian kali yang kita ikuti dalam hidup ini. Namun, dalam setiap Natal kita merasakan kasih Allah yang selalu baru di dalam kehidupan kita. Kasih Allah yang ternyatakan melalui kedatangan Tuhan Yesus ke dunia.
Di dalam suasana Natal tahun ini, saya begitu merasakan kasih Allah di dalam kehidupan saya. Kasih yang Ia berikan kepada saya meskipun saya tidak berhak memperolehnya. Saya beroleh anugerah untuk mengenal-Nya, untuk percaya kepada-Nya, dan beroleh keselamatan dan hidup kekal. Kasih yang akan saya bagikan kepada orang-orang di sekitar saya.
Jadi, maukah engkau menerima kasih itu?