Merayakan Musim Dingin
Sejak tinggal di Jepang, saya sudah 2 kali merayakan musim dingin. Hari ini, 29 Februari 2012, salju turun dengan lebatnya dari dini hari hingga jam 2 siang. Saya bisa melihat putihnya salju yang turun lewat jendela kamar saya. Ah, indahnya kalau salju turun. Saya jadi bersemangat menyelesaikan laporan dan kemudian sempat mengambil beberapa gambar dengan kamera. Tapi, saya juga harus jujur bahwa musim dingin juga terkadang memudarkan semangat saya. Mulai dari akhir November hingga Februari, hari-hari mendung terus berlanjut. Sinar matahari jarang sekali nampak, dan suhu udara pun turun drastis.
Merayakan Musim Dingin di Jepang
Namun, bagaimana pun cuacanya, selalu ada sesuatu yang spesial saat merayakan musim dingin. Yaitu NATAL! Patut disyukuri bahwa jauh setelah semua hiasan natal diturunkan, Natal masih terus menyegarkan jiwa saya. Tidak peduli dinginnya suhu yang menusuk kulit, saya tetap bisa bersemangat menjalani aktivitas.
Kalau bukan karena peristiwa kelahiran Kristus, bukan hanya musim dingin yang akan menjadi gelap dan suram, hati kita juga akan menjadi suram dan tanpa harapan. Tidak ada harapan untuk bebas dari dosa dan penghukuman. Tidak ada lagi harapan akan kehadiran Allah yang memberi perasaan aman dan menguatkan di tengah saat-saat gelap dan sulit. Tidak ada lagi harapan untuk jaminan masa depan di sorga.
Ketika hidupnya dirundung masalah seperti musim dingin yang menerpa, sang Pemazmur bertanya, “Mengapa engkau tertekan hai jiwaku?” Tapi, Allah kemudian turun tangan memulihkannya. “Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!” (Mazmur 42:5).
Mungkin tidak ada musim dingin di Indonesia. Tidak ada juga salju yang turun di malam natal. Tapi, bagi kita yang telah mengenal Allah, sang pencipta musim-musim, saya yakin sukacita dan kedamaian Natal selalu ada dalam hati kita senantiasa.
Sumber Gambar : BlogSpot