Natal dan Perubahan
Setiap tahun menjelang hari Natal, seluruh umat Kristen dan Katolik di seluruh dunia menjadi sibuk dengan berbagai macam kegiatan. Mulai dari kegiatan yang bersifat kekeluargaan, perayaan di kantor dan di gereja sampai pada kegiatan yang bersifat keagamaan. Tidak hanya itu saja, mal-mal dan tempat-tempat umum lain berlomba-lomba menyulap diri dengan aneka aksesori natal, Pohon Natal dan hiasannya, Santa Claus pun tampil dan membagi-bagikan hadiah.
Gereja dan Perkumpulan Kristiani juga mulai disibukkan dengan latihan koor atau drama untuk memeriahkan ibadah natal. Panitia Acara Natal dibentuk dan mulai menyiapkan konsep perayaan yang lebih baik dari pada tahun sebelumnya. Ada juga perdebatan dan diskusi panjang tentang bagaimana bentuk dekorasi yang dianggap paling pas dan menarik untuk bisa merefleksikan pesan Natal itu sendiri. Jemaat juga tiba-tiba mengalami kenaikan yang signifikan di minggu-minggu pra-natal. Buat umat katolik, acara-acara pengakuan dosa juga sudah masuk acara tetap menjelang natal. Seluruh orang menjadi sibuk dan mau ikut serta mendekorasi gereja, remaja dan pemuda tiba-tiba rajin ikut kegiatan gereja, atau bahkan berderma besar-besaran untuk anak yatim.
Natal dan Perubahan
Suasana natal memang seolah-olah menyulap perasaan kita. Begitu mendengar lagu-lagu Natal yang khidmat dan agung, hati pun terasa sangat teduh. Kita jadi lebih ramah. Wajah orang pun terlihat lebih cerah dan ceria. Ketegangan hidup sehari-hari seolah-olah berhenti dan digantikan dengan kedamaian dan keramahan. Hidup serasa jadi lebih indah.
Tetapi saat suasana natal itu berakhir, tidak jarang berakhir pulalah semua kedamaian dan kemurahan hati itu. Setelah melewati masa liburan tahun baru, maka kita akan masuk kembali kepada kehidupan rutin sehari-hari. Hidup kembali menjadi kejam dan keras, serakah, benci, dan dengki. Jumlah jemaat menurun drastis, remaja dan pemuda kembali menjauhkan diri dari kegiatan gereja, bahkan paling parah, ketulusan hati untuk membantu sesama hilang.
Tahun demi tahun berlalu, natal demi natal berlalu, tapi tidak sedikit orang yang hidupnya begitu-begitu saja. Tidak ada perubahan. Bulan Desember selalu datang ke gereja, tapi tidak untuk bulan lainnya. Natal hanya berlalu begitu saja tanpa membawa perubahan dalam hidup. Natal dan perubahan terasa jauh sekali. Kenapa hal ini bisa terjadi?
Jawabannya adalah karena kita tidak mengizinkan Yesus lahir di hati kita. Hari Natal adalah hari peringatan kelahiran Tuhan Yesus, saya tahu. Yesus telah lahir 2000 tahun lalu di dunia dan datang untuk membawa sukacita keselamatan, saya tahu. Kelahiran Yesus membawa perubahan bagi para gembala, orang majus, orangtuanya, Simeon, Hana, dan orang lainnya, saya tahu. Yesus juga membawa perubahan di hatimu. Eh! Di sini banyak orang yang menolaknya.
Banyak orang yang hanya merayakan semaraknya Natal. Natal yang penuh dengan canda tawa, riang dan gembira, pesta pora, hadiah menarik, lagu-lagu senang, itu saja. Tidak lebih. Itulah sebabnya Natal tidak terlalu berpengaruh dalam diri. Natal tidak berdampak apa-apa. Natal tidak bawa perubahan. Natal dan perubahan itu jauh.
Alexander Pope berkata seperti ini, “Untuk apa kelahiran Yesus dirayakan di seluruh tempat di dunia, kalau Yesus tidak lahir di hatiku?” Kalau Yesus lahir di hati, perubahan itu pasti. Yesus akan memperbarui seluruh perilaku, kebiasaan, tindakan, dan sikap kita. Menyucikannya dan mengubahnya menjadi baru.
Selamat hari Natal! Selamat merasakan perubahan Natal!
sumber gambar : blogspot