Natal untuk Semua — Part 2 「きよしこのよる」
Tanggal 23 Desember, hari ini adalah hari peringatan akan Kaisar Jepang, Akihito, dan ini adalah hari libur nasional. Saya jadi ingat perkataan pertama senpai (kakak kelas) saat saya pertama kali sampai di Jepang. “Di Jepang, hari liburnya sedikit. Hari natal saja tetap masuk kuliah, tidak libur.” Saya sangat terkejut mendengarnya. “Tanggal 25 Desember tidak libur, tapi liburnya tanggal 23 Desember, hari peringatan akan kaisar Jepang. Aneh ya, ulang tahun Kaisar dirayakan. Tapi ulang tahun Tuhan Yesus tidak.” tambahnya.
Saya senang karena bisa beristirahat sebentar dari kegiatan yang menumpuk setiap hari, namun ada satu hal yang membuat saya berpikir. Dan akhirnya saya membuat renungan mengenai hal ini. Bila dilihat melalui fakta yang ada, semakin jelaslah bahwa orang Jepang pada umumnya belum mengenal Tuhan Yesus. Menurut penelitian hanya 3% orang Kristen di Jepang. Sisanya kebanyakan adalah orang yang tidak percaya Tuhan (ateis).
Masih ada satu hal yang membuat saya berpikir. Bagaimana bisa orang yang tidak percaya Tuhan, tidak mengenal agama, tapi bisa menjalani aktivitas begitu baiknya. Di Jepang, sedikit sekali terjadi pencurian. Di jalan pun orang sangat sabar, membiarkan mobil lain lewat lebih dahulu. Pengendara sepeda dan pejalan kaki selalu diutamakan. Saat membutuhkan pertolongan, orang Jepang dengan senang hati memberikan pertolongan. Orang Jepang juga adalah orang yang bisa menerima perbedaan dengan sepenuh hati. Di setiap tempat, selalu terlihat bersih dari sampah. Jujur saya tidak mengerti bagaimana sistem pengelolaan lingkungan yang mereka terapkan. Tutor atau pengajar bahasa Jepang saya sangat antusias saat saya mengajarkan beberapa kata dalam bahasa Indonesia. Guru bahasa Jepang pun sangat antusias saat saya menceritakan pengalaman saya mengenai perjalanan dan kegiatan di gereja. Saya melihat keunggulan Sumber Daya Manusia yang dimiliki oleh Jepang.
Saya sendiri semakin kagum, terutama saat mengunjungi rumah untuk orang lanjut usia di daerah Urawa, Saitama-ken. Waktu itu bokushi (pendeta) menanyakan perihal hari natal. Ulang tahun siapa yang dirayakan pada hari natal? Serentak orang-orang tua itu menjawab イエス様 (Tuhan Yesus). Jadi sesungguhnya mereka sudah tahu bahwa kelahiran Yesuslah yang diperingati pada hari Natal, namun sayang mereka tidak percaya kepada-Nya.
Terlepas dari setiap fakta di atas, sangat disayangkan bahwa mereka tidak mempercayai Tuhan Yesus. Padahal Tuhan Yesus lah menyelamat hidup ini, yang menebus akan segala kesalahan kita, dan menuntun kita kepada kehendaknya, untuk kehidupan yang lebih baik tentunya. Sungguh sangat sayang. Saya percaya kalau orang Jepang percaya kepada Tuhan Yesus, kehidupan mereka pasti akan lebih baik lagi.
Sekarang kita yang sudah mempercayai Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, jangan pernah kita sia-siakan anugerah yang Tuhan berikan. Setialah sampai akhir hayat ini, karena Tuhan Yesus sudah terlebih setia. Berusahalah melakukan setiap kehendak Tuhan Yesus. Berusahalah menceritakan kabar sukacita kelahiran Tuhan Yesus kepada sesama kita. Agar semua orang dapat mengetahui berita kabar sukacita tentang penebusan Tuhan Yesus. Ya, agar semua orang dapat merayakan natal, dan terlebih lagi merasakan arti Natal yang sesungguhnya.
Saya ingin mengakhiri renungan natal ini dengan satu lagu Natal : MALAM KUDUS
Malam kudus sunyi senyap
Bintang-Mu gemerlap
Jurus’lamat manusia
Sudah datang di dunia
Kristus Anak Daud
Kristus Anak Daud
きよしこのよる
ほしはひかり
すくいのみこは
まぶねのなかに
ねむりたもう
いとやすく
Kiyoshi kono yoru
hoshi wa hikari
sukui nomiko wa
mabune no naka ni
nemurita mou
ito yasuku
Akhirnya saya mengucapkan:
SELAMAT NATAL UNTUK SEMUA