Paskah: Apa Makna Keselamatan?
Sekali lagi kita merayakan paskah. Paskah 2014. Ijinkanlah saya mengucapkan: Selamat Paskah. Selamat Paskah bagi kita semua. Bagi orang-orang yang saya kenal, juga bagi teman-teman yang sedang membaca tulisan ini. Agak beda ya rasanya? Selamat Paskah. Hemmm. Ah… Beda rasanya mengucapkan “Selamat Paskah” dengan mengucapkan “Selamat Natal”. Mungkin karena Paskah tidak sepopuler Natal di dunia sekarang. Natal dirayakan dekat dengan momen tahun baru, di mana ada banyak sale di mal atau pusat perbelanjaan menjelang tutup tahun. Atau banyak kegiatan dan ibadah yang dilakukan menyambut Natal yang kita sering alami.
Jadi sekali lagi: Selamat Natal. Eh, salah. Selamat Paskah.
Paskah kita percaya adalah sebuah momen atau kejadian, di mana Yesus mau mati mengorbankan diri-Nya menggantikan kita di kayu salib lalu kemudian Ia bangkit dan menang atas maut dan kematian. Ia menanggung dosa dan pelanggaran kita dan menyelamatkan kita dari hukuman kekal. “Menyelamatkan” berasal dari kata “selamat”. Menurut KBBI, selamat berarti terbebas dr bahaya, malapetaka, bencana; terhindar dari bahaya, malapetaka; atau bencana; tidak kurang suatu apa; tidak mendapat gangguan.
Lantas, muncul pertanyaan di benak saya, mungkin juga di benak Anda.
Kita diselamatkan dari apa?
Kita diselamatkan untuk apa?
Mari kita membuka di dalam dalam Efesus 2:1, “Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu.” Paulus mengatakan bahwa dahulu kita mati. Mengapa kita dibilang mati? Karena kita memiih untuk berdosa. Di dalam kisah penciptaan (Kejadian 1 dan 2), diceritakan Tuhan menciptakan kita serupa dan segambar dengan Allah. Ia mempunyai tujuan untuk kehidupan kita, mengapa kita diciptakan. Penciptaan manusia pasti didasari oleh Allah yang maha tahu dan maha perancang. Allah yang mendesain jalannya sejarah, sehingga kita tahu ciptaan Allah menuju pada ciptaan yang jelas. Karena Allah jelas, hidup kita menjadi jelas. Karena Allah mempunyai tujuan, hidup kita pasti mempunyai tujan. Celakalah kita jika kita tidak mempunyai tujuan dalam hidup ini. Kehidupan tanpa tujuan seperti ini tidak membedakan kita dengan binatang. Binatang tidak tahu jalan hidupnya. Mereka lahir, makan, berlari kesana kemari, makan lagi, istirahat, berkembang biak, punya anak, makan lagi, lari lagi, istirahat, kemudian mati. Begitu saja. Anjing atau kucing tidak didesain untuk mempunyai tujuan hidup. Manusia didesain untuk mempunyai dan melakukan tujuan hidupnya, yaitu: melampaui alam. Manusia belajar, bekerja, dan berupaya untuk mengembangkan hidup kita. Dahulu manusia tinggal di goa, kemudian kita belajar membangun dan mendiami rumah, dahulu manusia makan daging mentah, kini kita belajar untuk memasak makanan yang enak dan sehat. Dahulu kita berjalan kaki untuk berpindah tempat, kemudian kita menciptakan kendaraan: dari kuda, sepeda, mobil, hingga pesawat terbang. Manusia selalu berusaha untuk menaklukan alam. Kita menaklukan alam untuk memperbaiki kehidupan. Kita menaklukan alam karena itulah tujuan hidup manusia.
Jadi pertanyaannya adalah: Hidup kita mau diapakan?
Manusia bertahan hidup berarti bukan hanya menunggu mati. Manusia tidak seperti anjing atau kucing, bukan? Melampaui alam berarti setelah kita mati, ada karya kita yang ditinggalkan di dunia ini. Coba pikirkan, apa dari diri Anda yang akan dikenang setelah kita mati? Apa yang akan orang ingat mengenai kita? Apakah ada sesuatu baik yang kita tinggalkan di dunia ini? Ini artinya kita melampaui alam. Kita diberikan kuasa untuk menguasai alam. Kalau kita tidak menguasai alam, berarti kita bodoh. Namun kenyataannya hari ini, manusia malah memperhamba diri di bawah alam. Alam menguasai hidup kita, dan bukan kita yang menguasai alam.
Bagaimana mungkin? Jelas ini mengada-ada.
Kita diperhamba oleh uang. Saat kita bekerja dan melakukan sesuatu karena uang. Itulah saat kita diperhamba uang. Sebenarnya, kita harus memiliki tujuan yang lebih besar daripada uang tersebut. Selain itu, ada pula orang yang dikuasai oleh hiburan semata, seperti minum minuman keras, merokok (kita diperintah oleh rokok). Rokok ataupun dosa yang menguasai kita, artinya kita dikuasai oleh alam.
Kenyataannya memang kita sudah ditaklukan oleh dosa. Namun kita tetap berpuas diri dengan kemenangan kita akan hal lain di tengah kekalahan kita. Menguasai alam hanyalah satu dari dua tujuan penciptaan manusia.
Tujuan penciptaan kedua adalah untuk tunduk kepada Allah Sang Pencipta kita. Iblis datang dan menawarkan posisi untuk menjadi seperti Allah. Kita mau posisi itu. Artinya, kita tidak mau tunduk kepada Allah. Di satu sisi kita sudah menaklukan dunia (alam), namun di sisi lain kita tidak tunduk kepada Allah.
Saya harus tunduk kepada Tuhan. Namun, konsekuensi saat kita menolak untuk tunduk kepada Tuhan adalah kematian mati. Saya menolak otoritas Tuhan. Saya mengakui kedaulatan Tuhan, maka saya berhak menerima berkat. Sebaliknya, jika saya menolak kedaulatan Tuhan, saya tidak mungkin menerima berkat Tuhan, yang salah satunya adalah kehidupan kekal.
Kita kadang hanya mau menerima berkat dari Tuhan, namun mengabaikan otoritas Tuhan dalam hidup kita. Ini adalah ucapan palsu dari orang Kristen yang belum sungguh-sungguh percaya dan mengikut Tuhan. Kita terbiasa untuk mendekati otoritas hanya pada saat kita membutuhkan sesuatu. Kita merasa dapat menyogok Tuhan dengan cara kita berbuat baik kepada-Nya. Kita berupaya menjilat Tuhan dengan berbuat baik padahal punya maksud tertentu dibaliknya.
Tuhan tidak perlu kita. Sekali lagi: Tuhan tidak perlu kita. Ia bisa menyuruh kursi atau pohon untuk memuji dan menyembah Dia. Bahkan binatang untuk memuliakan Dia. Artinya kita tidak mungkin dapat memanipulasi Tuhan. Ini mental memperbudak Tuhan, tetapi tidak mau otoritas Tuhan. Mati berarti kita tidak menghargai otoritas Tuhan. Paulus berkata, kita hidup dalam kematian (Efesus 2:2). Kita menyukai hidup tanpa adanya Tuhan. Kita menyukai ketidakberadaan Tuhan. Mari renungkan sejenak, kapan terakhir kita bertanya, “Tuhan apakah yang Engkau mau aku lakukan? Dan apapun itu berikanlah kitanya aku kekuatan dan keberanian untuk melakukannya.”
Kita belajar untuk tunduk kepada otoritas Tuhan. Ingat saat kita mengabaikan otoritas Tuhan “si pemberi hidup” kita mati. Kita sebenarnya sudah ditipu oleh dunia. Dunia ini telah berusaha menipu kita bahwa kita tetap dapat hidup oleh dunia ini tanpa harus berada di bawah otoritas Tuhan. Dalam masa kuliah, kita dipengaruhi oleh nilai-nilai kebanggaan dan ideologis. Tanpa kebenaran Firman Tuhan, kita menjadi menjauh daripada Tuhan. Kita belajar untuk mengenggam dosa itu, kita diajari untuk hidup di dalam dosa, memiliki keterikatan akan dosa, bahkan kini kita hidup di dalam lingkungan yang menertawakan dosa. Dosa bukan lagi menjadi sesuatu yang ingin kita hindari melainkan kita sambut masuk dan menguasai hidup kita.
Ada cara setan untuk menipu kita: ia membuat kita tidak takut akan setan dengan memberikan gambaran-gambaran yang lucu mengenai setan. Ia juga berusaha untuk membuat kita takut kepada setan. Pekerjaan dia utama itu adalah untuk memanipulasi kehidupan kristen. Setan menipu kita untuk menjalani hidup kita seperti yang setan mau lakukan, melakukan dosa.
Apa makna keselamatan?
Kita ditarik dari kehidupan kita yang lama dan diberikan sebuah kehidupan yang baru. Mengapa? Karena upah dosa adalah maut. Artinya semua dosa dan pelanggaran yang kita lakukan berakibat kematian bagi kita. Maut artinya mati. Maut juga berarti hukuman. Untuk dapat selamat dan memperoleh hidup, kita membutuhkan orang yang pernah hidup, pernah mati, dan hidup lagi. Yesus mati dan bangkit, dan kematian dan kebangkitan Yesus berbeda dengan kematian dan kebangkitan yang ada di Alkitab sebelumnya. Kita selamat berarti kita dipindahkan dari kematian menuju keselamatan dan kebangkitan di dalam Yesus. Di dalam Yesus, kita dilihat Allah sebagai Yesus. Di luar Yesus, kita dilihat begitu berdosa dan kotor. Satu-satunya cara adalah kita dibenarkan oleh Tuhan. Kita dibenarkan karena cintanya Allah kepada kita. Kita diberikan hidup Kristus yang seutuhnya. Waktu Yesus mati di kayu salib, kita menjadi satu dengan kematiannya. Dan saat Yesus bangkit, kita bangkit di bersamanya. Kita diberikan selamat dan status selamat oleh Kristus, supaya kita dapat hidup baru di dalam Kristus. Saat kita hidup, berarti hidup kita menjadi milik Allah. Kita melakukan segala sesuatu dengan tunduk kepada otoritas Allah. Seluruh studi, pekerjaan, dan perkataan, tanggung jawab, relasi, dan apapun di dalam hidup kita.
Pertanyaannya adalah: sudahkah kita tunduk kepada otoritas Tuhan? Apakah kita sudah mengandalkan Dia? Kita selamat saat kita tunduk terhadap otoritas Tuhan di dalam kehidupan kita. Jangan hidup seperti orang durhaka, melainkan kita harus hidup sebagaimana Yesus hidup. Yesus sudah menggantikan semua kesalahan kita. Ia mati dengan disalib, cara terhina menerima hukuman kita.
Sebelum kita menjalani hidup seenaknya, ingat akan apa yang Yesus sudah lakukan? Kembali kepada Tuhan sekarang, jangan lagi kita hidup bagi dosa. Hari inilah kita meninggalkan dosa kita. Inilah momentum yang sangat baik untuk meminta maaf dan bertobat. Untuk kembali kepada jalan yang benar. Untuk menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.