Pelajaran dari Minggu Palma Jumat Agung dan Massa
Di hari Minggu ini kita memperingati Minggu Palma. Minggu ironi, ironi sekumpulan orang saya bisa menyebutnya. Di hari Minggu Palma, orang banyak bersemangat menghamparkan pakaiannya di jalan, dan berseru, “Hosana bagi Anak Daud, diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, hosana di tempat yang mahatinggi” (Matius 21:8-9). Tapi di hari Jumat, masih di minggu yang sama, dan dengan semangat yang sama, orang banyak berteriak, “Salibkan Dia! Salibkan Dia!” Mata sekumpulan orang ini merah. Penuh dendam dan amarah. Tidak ada yang bisa menghentikan gerak mereka. Siapakah mereka? Ya, mereka adalah massa.
Pelajaran dari Minggu Palma, Jumat Agung, dan Massa
Massa tidak pernah berubah. Dari zaman Tuhan Yesus hingga zaman kemerdekaan, hingga kini di tahun 2012. Ironi yang sama pun muncul tidak mengenal tempat maupun waktu.
Kini hampir satu bulan saya berada di tanah kelahiran, Indonesia. Tapi saya lebih banyak mendengar mengenai kisruh dan demo menentang kenaikan harga BBM (bahan bakar minyak). Massa bergerombol mengadakan aksi demo, meneriakkan aspirasinya, bahkan ada juga yang sampai membakar ban-ban bekas dan menimbulkan huru-hara. Kita semua mungkin tidak habis pikir, apa sih maksudnya orang-orang satu ini? Apa sih maksudnya massa ini? Dulu mereka memekik, “Hidup Pemerintah! Hidup SBY! Lanjutkan!” sambil mengangkat bendera-bendera partai dan gambar presiden. Sekarang mereka berteriak, “Turunkan Pemerintah! Turunkan SBY!” sambil menginjak-injak bendera dan membakar foto presiden. Kita semua tidak akan pernah mengerti keberadaan massa. Massa cepat sekali berubah. Massa gampang sekali menipu. Itu semua karena massa juga gampang tertipu.
Massa gampang sekali tertipu. Ketika diberikan fasilitas oleh satu orang, mereka akan menurutinya. Mereka akan menyanjung-nyanjung, meninggikan orang itu. Tapi, bila ada orang lain yang memberi fasilitas lebih, mereka cepat berpaling. Bahkan kalau diminta, mereka dapat menjelek-jelekkan dan menjatuhkan orang yang sebelumnya mereka sanjung-sanjung. Itulah massa.
Mengetahui keberadaan massa yang hanya mengganggu (karena mudah sekali tertipu), nampaknya lebih baik bila tidak ada massa atau massa dibinasakan. Namun, itu adalah hal yang mustahil. Massa diperlukan oleh seorang pemimpin untuk melanggengkan kekuasaannya. Massa adalah sarana politik untuk berkuasa dan memerintah. Itu sebabnya, calon pemimpin akan menghabiskan milyaran uangnya untuk membentuk massa. Massa solid yang mendukungnya maju menjadi pemimpin.
Tapi, banyak calon pemimpin yang tidak sadar akan satu hal. Massa yang diasuh dan dibentuknya sekarang, bisa jadi menggigit, menginjak-injaknya di masa nanti. Massa yang kini mendukung, bisa jadi membelot bahkan menikung. Suatu kebodohan luar biasa menurut saya.
Recommended for you
Baca Halaman Selanjutnya 1 2