Rahasia di Balik Tanggal 25 Desember
Jadi kapan sebenarnya Yesus lahir? Pertanyaan ini selalu muncul di forum-forum sosial dan agama setiap kali hari Natal menjelang. Apakah Yesus benar-benar dilahirkan pada tanggal 25 Desember? Kalau tidak, mengapa kita semua merayakan peringatan hari kelahiran Yesus di tanggal 25 Desember?
Terhadap pertanyaan-pertanyaan ini Alkitab diam dan tidak menjelaskan secara langsung, namun lewat penelitian penulisan kitab dalam Alkitab dan penelusuran sejarah kita dapat mengetahui rahasia di balik tanggal 25 Desember…
Bagaimana Kondisi Saat Yesus Dilahirkan?
Sebelum lebih jauh membahas mengenai peringatan hari Natal tanggal 25 Desember, saya ingin mengajak teman-teman untuk membayangkan suasana saat Yesus dilahirkan. Seperti yang dikatakan di Alkitab, para gembala tengah berada di padang menjaga kawanan domba saat Malaikat memberitahukan kabar kelahiran Yesus Kristus. Menurut kebiasaan prang Yahudi, mereka biasanya mengembalakan domba di luar di hari-hari awal musim semi sekitar hari Paskah Yahudi. Para gembala membiarkan domba di padang hingga hujan pertama di awal musim gugur. Jadi di antara musim semi dan musim gugur ini, para gembala membiarkan dombanya di padang dan tetap terjaga menjaga para domba dari para musuh di kala malam. Jadi bisa dikatakan bahwa, para gembala berada di padang sepanjang musim panas.
Kita bisa melihat budaya orang Yahudi ini dalam kitab Ezra. Hujan di awal musim gugur saat udara mulai menjadi dingin adalah saat di mana orang-orang Yehuda dan Benyamin menyadari dosa mereka di hadapan Tuhan.
Lalu berhimpunlah semua orang laki-laki Yehuda dan Benyamin di Yerusalem dalam tiga hari itu, yakni dalam bulan kesembilan pada tanggal dua puluh bulan itu. Seluruh rakyat duduk di halaman rumah Allah, sambil mengigil karena perkara itu dan karena hujan lebat…(Ezra 10:9)
Lalu seluruh jemaat menjawab dan berseru dengan suara nyaring:”…Tetapi orang-orang ini besar jumlahnya dan sekarang musim hujan, sehingga orang tidak sanggup lagi berdiri di luar…” (Ezra 10:13)
Raja Salomo dalam Kitab Kidung Agung juga menuliskan fakta berikut: “Karena lihatlah, musim dingin telah lewat, hujan telah berhenti dan sudah lalu” (Kidung Agung 2:11).
Dari beberapa ayat di atas, kita menemukan fakta bahwa hari kelahiran Yesus tidak mungkin berada di musim dingin seperti tanggal 25 Desember kini. Selain karena di Israel sedang musim dingin, berada di luar juga beresiko terkena hujan yang turun di musim dingin. Baik udara dingin dan hujan berakibat buruk bagi gembala dan para domba, sehingga tidaklah mungkin para gembala berada di luar kala musim dingin.
Para gembala hanya berada di luar saat musim panas, di antara bulan Mei dan Oktober, dan tidak mungkin pada akhir Desember seperti tanggal 25 Desember, hari peringatan kelahiran Yesus yang kita rayakan kini.
Jadi Kenapa Tanggal 25 Desember?
Pertanyaan di atas adalah pertanyaan yang paling susah dijawab. Beberapa orang Kristen segan untuk menjawabnya karena berkaitan dengan hari raya orang asing yang tidak mengenal Tuhan. Namun kali ini saya akan menuliskan seluruh kisah dan rahasia di balik tanggal 25 Desember ini. Dengan pengetahuan dan pengertian yang detail, kita akan makin sadar dan dapat memaknai Natal dengan sempurna.
Sejarah Natal dimulai pada abad keempat di mana Kaisar Konstantin mengumumkan agama Kristen menjadi agama wajib kerajaan Romawi. Saat itu, Kaisar Konstantin memperkenalkan agama Kristen lewat budaya-budaya yang sudah berakar kuat di kerajaan Romawi yakni penyembahan kepada dewa Romawi. Ibaratnya seperti ketika memperkenalkan Yesus sebagai Allah (dalam bahasa Arab) atau Debata sebagai Allah dalam bahasa Batak. Debata pada awalnya digunakan untuk menyebut allah sembahan orang Batak terdahulu, namun kata Debata dialihtujukan kepada Allah Sang Pencipta dan digunakan dalam Alkitab Bahasa Batak. Penggunaan kata Allah dialihkan dari para dewa kepada Allah Sang Pencipta.
Dan salah satu perayaan terbesar budaya Romawi ada di musim dingin yang disebut Saturnalia, saat titik balik matahari di bumi bagian utara. Perayaan ini biasanya berlangsung sejak tanggal 17 Desember hingga 24 Desember dan berakhir pada 25 Desember. Perayaan ini diperkenalkan oleh Pangeran Aurelian pada tahun 274 masehi menjadi “hari lahirnya matahari” dan dirayakan sebagai peringatan kepada dewa matahari Romawi. Tanggal 25 Desember juga hari titik balik matahari, hari terpendek dalam setahun di bagian bumi utara. Setelah tanggal 25 Desember, durasi matahari bersinar akan kembali normal. Sebagai tambahan, tanggal 25 Desember juga dirayakan sebagai hari kelahiran dewa misteri Iran yakni Mitras. Mitras dibilang sebagai “matahari kebenaran”.
Dari beberapa penjelasan di atas, kita sedikit bisa membayangkan mengapa bapak-bapak gereja awal mengalihkan perayaan itu menjadi perayaan Kristen. Mereka ingin memperkenalkan Yesus sebagai Allah yang adalah kebenaran dan pencipta segalanya termasuk matahari. Dalam catatan pada abad keempat pun tercatat demikian.
“Kami menjadikannya tanggal 25 Desember, bukan karena hari ini perayaan kelahiran matahari, namun merayakan Dia yang menciptakan matahari.”
Saya pun pernah satu kali ditanya oleh beberapa teman sekaligus, masak tanggal 25 Desember adalah hari Yesus lahir? Saya menjawab: “ITU SALAH. Saya dan semua orang Kristen juga tidak tahu pasti kapan Yesus lahir. Tapi tanggal 25 Desember adalah HARI PERINGATAN KELAHIRAN TUHAN YESUS.”
Saya senang sekali dengan terjemahan bahasa Indonesia yang bisa menggambarkan tanggal 25 Desember dengan sangat tepat. Sekali lagi saya tegaskan, tanggal 25 Desember, hari Natal, bukanlah hari dimana Tuhan Yesus lahir, tapi hari peringatan kelahiran Tuhan Yesus. Pada hari Natal lah kita semua memperingati kelahiran Tuhan Yesus yang turun dari sorga, dalam wujud seorang bayi, dengan satu tujuan: menjadi sama dengan manusia, untuk menebus manusia dari hukuman dosa.
Alasan Lain Natal Dirayakan Tanggal 25 Desember
Selain itu ada beberapa pertimbangan lain yang menjadikan Bapa-Bapa Gereja menetapkan tanggal 25 Desember sebagai Hari Peringatan Kelahiran Yesus Kristus. Saya akan menceritakan salah satu ceritanya.
Semua orang di dunia tidak terkecuali merayakan tahun baru pada 1 Januari. Dari awal mulanya, 1 Januari adalah hari bersejarah, hari baru, tahun baru. Lalu dihitunglah 8 hari mundur (Tradisi Orang Yahudi pada hari ke-8 disunat), supaya Tahun Baru menjadi hari perayaan yang luar biasa. Tanggal 1 Januari dianggap sebagai hari penyunatan Yesus Kristus, lalu dikurangi 8 hari, jadilah tanggal 25 Desember ditetapkan sebagai Hari Peringatan Kelahiran Tuhan Yesus. Penyunatan adalah lambang bahwa kita diserahkan dan ada di dalam Kristus, dan pada tahun baru kita semua adalah ciptaan baru yang hidup di dalam Kristus Yesus.
Itulah salah satu cerita mengenai asal usul kenapa Natal dirayakan tanggal 25 Desember. Namun yang ingin ditekankan ialah asal usul makna hari Natal tanggal 25 Desember tidaklah menjadi persoalan lagi. Yang kini jadi persoalan penting adalah, apakah Natal itu bermakna bagi hidup kita masing-masing? Adakah Natal mengingatkan kita kepada Allah Sang Pencipta segalanya? Adakah Natal membawa perubahan dalam hidup rohani kita? Adakah Natal mengubah sikap kita terhadap orang lain? Adakah kebenaran Natal memerdekakan kita dari dosa? Jangan sampai Natal cuma berlalu begitu saja, tidak lebih dari perayaan biasa seperti yang dirayakan orang asing.
Bacaan lebih lanjut:
http://pleaseconvinceme.com/2012/what-is-the-truth-about-the-date-and-origin-of-christmas/
http://carm.org/what-are-the-origins-of-christmas
Sumber gambar : sekolahathalia.sch.id
17 thoughts on “Rahasia di Balik Tanggal 25 Desember”