Refleksi Kematian Tuhan Yesus – Pada Kaki SalibMu
Tuhan Yesus mati di kayu salib karena dosa manusia.
Pada kaki salibMu, Yesus kuberlindung.
Air hayat Golgota pancaran yang agung.
Salib-Mu, salib-Mu yang kumuliakan,
hingga dalam sorga k’lak ada perhentian.
Pada Kaki SalibMu Yesus
Kematian di kayu salib merupakan aib dan kutuk. Sebab hal seperti itu merupakan hubungan bagi penjahat ulung. Itulah yang terjadi kepada Yesus, tangan-Nya yang senantiasa memberi berkat itu dipaku di kayu salib, demikian juga dengan kaki-Nya yang senantiasa bergegas menolong orang lain yang sakit atau kesusahan juga harus dipaku di kayu salib. Wahai manusia, ketahuilah: Yesus tergantung di kayu salib bukan karena kejahatan yang Dia telah lakukan, melainkan karena dosa-dosa kita. Dosa-dosa kitalah yang ditanggungnya. Ia tidak berbuat dosa, dan tipu daya tidak ada dalam mulut-Nya. Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalasnya. Ketika Ia menderita, Ia tidak mengecam. Ia tetap merangkul semua orang. Bahkan, Ia malah berdoa bagi orang-orang yang menganiaya Dia, “Ya Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.”
Kasih Tuhan Yesus yang begitu besar itu kiranya yang selalu memenuhi dan memurnikan hati dan pikiranku, sehingga setiap waktu aku disadarkan betapa tangan Tuhan terbuka untuk merangkulku di dalam naungan kasih-Nya.
Yesus yang tersalib juga membawa damai bagi manusia yang berada pada lembah dosa berdamai dengan Allah yang bersemayam di sorga. Salah satu penjahat yang sadar bahwa dirinya disalib karena kejahatannya merasakan kedamaian dengan Allah itu. Ia memohon pengampunan dan pengasihan Yesus. Dan Yesus berkata, “Hari ini engkau bersama-sama dengan Aku di Firdaus.” Firman yang begitu menyejukkan hati, bahwa bagi setiap orang yang berdosa telah terbuka jalan untuk menerima kasih dan pengampunan dari Tuhan.
Pada kaki salibMu kasih-Mu kut’rima.
Sinar Bintang Fajar t’ramg yang memb’ri cahaya.
Salib-Mu, salib-Mu yang kumuliakan,
hingga dalam sorga k’lak ada perhentian.
“Ibu, inilah anakmu”, “Inilah ibumu.” Di atas kayu salib, Yesus masih memperhatikan pentingnya hubungan baik di antara sesama manusia. Sesungguhnya salib Yesus adalah pendamaian, pendamaian antara manusia dan Allah, dan antara manusia dengan sesamanya. Pendamaian tercipta ketika kejahatan dan kekerasan dibalas dengan kebaikan dan berkat. Itulah yang Yesus tunjukkan.
Selanjutnya Yesus berkata, “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku?” Yesus harus menanggung penderitaan akibat dosa manusia. Terjemahan aslinya menggunakan kata “memalingkan wajah”, yang berarti Allah tidak lagi mau melihat Yesus. Dengan Yesus yang sudah disalibkan dan menanggung semua dosa manusia dan akibatnya, Allah memalingkan wajah daripada-Nya. Namun, Allah tidak memalingkan wajah-Nya dari kita. Perasaan tersisih dari hadapan Allah sudah digantikan oleh Yesus.
Pada kaki salibMu kuingat kurban-Mu,
dalam jalan hidupku kukenang selalu.
Salib-Mu, salib-Mu yang kumuliakan,
hingga dalam sorga k’lak ada perhentian.
Yesus berkata, “Aku haus.” Seluruh kehausan akibat dosa kita sudah Dia tanggung di atas kayu salib. Di dalam Yesus kita beroleh air kehidupan, di mana kita tidak akan pernah haus lagi sampai selama-lamanya.
Sekalipun penderitaan itu perih dan menyakitkan, Yesus tidak pernah menyesal untuk menolak penderitaan itu. Di akhir penderitaan itu, Yesus berkata, “Sudah selesai.” Suara kemenangan itu menunjukkan ketaatan-Nya atas rencana penyelamatan Allah bagi dunia ini. Ia taat dan setia menyelesaikan seluruh tugas-Nya di dunia ini. Ia telah menang atas penderitaan itu.
Di akhir hidup-Nya, Yesus berkata, “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu kuserahkan nyawa-Ku.” Kematian Yesus membuktikan betapa besarnya kasih Allah kepada manusia. Kasih yang kita lihat setiap kali kita melihat salib itu. Kasih yang menyelamatkan dan memberikan kepada kita janji akan kehidupan kekal nanti.
Pada kaki salibMu ‘ku tetap percaya,
hingga dalam sorga k’lak jiwaku bahagia.
Salib-Mu, salib-Mu yang kumuliakan,
hingga dalam sorga k’lak ada perhentian.
sumber gambar : blogspot