Selamat Natal, Allah Beserta Kita
Selamat Natal, ungkapan yang paling populer di Indonesia saat Natal menjelang. Tidak hanya di bulan Desember saja, ungkapan “SELAMAT” ini masih terus dipakai bahkan hingga perayaan tahun baru. Hebat bukan! Bagi saya, ungkapan ini singkat, padat, dan jelas. Tapi karena singkatnya itu, seringkali kita jadi sering lupa makna di dalamnya. Mengapa selamat Natal? Selamat? Apanya yang selamat?
Di bagian awal, saya sudah menulis tentang Selamat Natal, Selamat karena Allah Mengasihi Kita, kemudian di bagian kedua Selamat Natal, Selamat karena Kebenaran. Di bagian ketiga ini saya ingin membahas tentang Selamat Natal, Selamat karena Allah beserta kita. Selamat membaca teman-teman!
Selamat Natal Karena Allah Beserta Kita
Allah beserta kita. Allah bersama kita. Allah bukanlah Allah yang jauh, yang ada di sorga atas sana, tidak bisa dikunjungi oleh kita. Allah yang kita percayai justru Allah yang turun, meninggalkan takhta-Nya dan turun menjadi sama dengan manusia. Allah meninggalkan segala kemuliaan-Nya yang agung, lahir dalam keterbatasan sebagai manusia. Allah yang mahakuasa, lahir dalam rupa seorang bayi dan tunduk kepada segala hukum di dunia ini. Semua ini dilakukan-Nya hanya karena satu hal: Allah membuktikan bahwa Dia bersama kita. Allah beserta kita.
Allah beserta kita. Allah diam di antara kita. Kalau pada jaman dahulu, manusia hanya dapat mendengarkan perintah Allah atau suara-Nya saja, kini Firman dan Suara itu menjadi nyata. Firman itu telah menjadi manusia dan diam di antara kita (Yohanes 14:6). Sesuai dengan kasih karunia Allah kita diijinkan untuk melihat Pribadi Allah di dalam pribadi Yesus. Kita dapat melihat dan mendengarkan Firman Allah dengan mata kepala sendiri. Allah sungguh nyata! Allah sungguh nyata diam di antara kita!
Yesus, dalam rupa manusianya merasakan kelaparan, sakit, penderitaan, pencobaan, sengsara. Yesus mengalami penolakan dan disingkirkan (Matius 13:57). Yesus mengalami kesusahan, kekurangan, tidak punya tempat tinggal (Matius 8:20). Yesus juga mengalami pencobaan di padang gurun (Matius 4:1-11). Dia juga menangis karena teman-Nya Lazarus yang meninggal (Yohanes 11:35). Yesus telah menjadi manusia dan telah turut merasakan apa yang kita alami. Yesus telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai (Ibrani2:18).
Tatkala kita bingung, Yesus mengajarkan bagaimana hidup yang benar dan mempraktekkannya sendiri. Tatkala kita menderita kekurangan, Yesus pun pernah mengalami kekurangan dan kemiskinan, sehingga Dia dapat memberkati kita dalam kelimpahan. Tatkala kita yang dikucilkan dan dilupakan, Yesus pun merasakan hal yang sama, sehingga Dia mampu menghibur dan menguatkan kita. Tatkala kita yang sakit sengsara, Yesus sudah menanggung semua sakit itu, hingga Dia dapat menyembuhkan perihnya sakit dalam hidup. Tatkala kita yang menderita karena kebenaran, Yesus juga merasakan hal yang sama, sehingga Dia bisa memberi kekuatan dan damai bagi kita. Tatkala kita yang takut dan cemas, Yesus telah menumpas semua ketakutan lewat kematian di kayu salib. Tatkala kita merasa sendiri, tidak ada yang menemani, kita tetap dapat kuat dan berkata, “Selamat Natal! Allah beserta kita!”
Selamat Natal, Selamat karena Allah beserta kita.
————————————–
Baca Juga
1. Selamat Natal, Allah Mengasihi Kita
2. Selamat Natal, Selamat karena Kebenaran
3. Selamat Natal, Allah Beserta Kita
4. Selamat Natal, Allah Menyelamatkan Kita
Sumber Gambar : Blogspot