Selamat Natal, Selamat karena Kebenaran
Selamat Natal, ungkapan yang paling populer di Indonesia saat Natal menjelang. Tidak hanya di bulan Desember saja, ungkapan “SELAMAT” ini masih terus dipakai bahkan hingga perayaan tahun baru. Hebat bukan! Bagi saya, ungkapan ini singkat, padat, dan jelas. Tapi karena singkatnya itu, seringkali kita jadi sering lupa makna di dalamnya. Mengapa selamat Natal? Selamat? Apanya yang selamat?
Di bagian awal, saya sudah menulis tentang Selamat Natal, Selamat karena Allah Mengasihi Kita. Nah, di bagian yang kedua ini, masih dalam pembahasan yang sama, saya ingin membahas tentang Selamat Natal, Selamat karena Kebenaran. Selamat membaca teman-teman!
Selamat Natal karena Yesus adalah Kebenaran
Natal adalah peringatan hari kelahiran Yesus Kristus. Mengenai hal ini Yohanes mengatakan, “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemulian-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran” (Yohanes 1:14). Yesus ialah Firman Kebenaran yang telah menjadi manusia. Yeus juga mengatakan, “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu” (Yohanes 8:31-32).
Kebenaran membawa kemerdekaan/ kebebasan? Apakah teman-teman percaya hal ini? Nyatanya kehidupan sehari-hari kita membuktikan hal sebaliknya. Anak-anak berbohong ketika mencuri kue karena TAKUT dimarahi. Politikus berbohong kepada publik karena TAKUT kehilangan jabatan dan prestise. Kita berbohong karena kita takut pada hukuman. Dengan berbohong kita merasa aman dan nyaman. Sebaliknya jika berkata jujur dan benar, kita malah bisa jadi dalam bahaya. Kebenaran itu malah membahayakan diri kita. Berkata kebenaran terkadang membuat orang-orang kehilangan pekerjaan, pangkat dan kedudukan, keamanan, bahkan hidup sendiri. Faktanya kini, kebenaran tidak membebaskan kita. Kebenaran terkadang justru menyakitkan. Makanya, tidak jarang kita lari dari kebenaran, dan berkata hal sebaliknya.
Ini sejalan dengan pemikiran kita pada umumnya. Kita hidup dalam kultur pluralistik (berbeda-beda) dan postmodern, yang menganggap tidak ada kebenaran yang mutlak. Hal itu sifatnya subjektif, tiap orang punya pandangan berbeda tentangnya. Apa yang menurut saya benar, belum tentu benar menurut teman-teman, begitu pula sebaliknya. Misalnya saja kita sering mendengar orang yang berkata, “bohong untuk kebaikan”, atau “lebih baik bohong sedikit daripada harus berkata jujur”, dan lainnya.
Kebenaran dan kejujuran bukanlah hal yang populer. Di negara kita, orang yang jujur dan berkata benar malah bisa jadi menderita, dijauhi, dan disingkirkan. Inilah jugalah yang mengiringi Natal 2000 tahun yang lalu. Yesus lahir di tengah ancaman akan pembunuhan bayi-bayi, kemudian harus menyingkir ke Mesir untuk menghindarinya. Maria dan Yusuf pun kebingungan dan kepayahan mencari tempat penginapan. Inilah Natal itu. Natal membuktikan sendiri bahwa terkadang penderitaan, kesakitan, dan penyangkalan mengiringi kebenaran.
Saat Yesus menjadi dewasa, Yesus mengartikan kebenaran itu dengan cara yang mengejutkan, “Akulah kebenaran!” Yesus tidak mengatakan bahwa Dia lebih benar daripada orang lain. Yesus juga tidak mengatakan Dia sedang mengatakan kebenaran. Yesus, Dialah kebenaran itu. Tidak lain dan tidak bukan.
Yesuslah kebenaran. Dia membuktikannya melalui keseluruhan hidup-Nya. Dia mengajarkan kebenaran mengenai kehidupan orang percaya, dan Dia menunjukkannya melalui hidup-Nya. Dari sejak lahir hingga matinya, Yesus adalah kebenaran sejati. Oleh karena itulah, kita semua yang mempercayai Yesus sebagai Tuhan mengerti dan tahu apa itu kebenaran sejati. Yesuslah kebenaran sejati itu.
Yesus datang untuk memberikan hidup damai, sejahtera, dan penuh kelimpahan. Yesus juga mengampuni segala dosa dan menghancurkan segala ketakutan yang membelenggu kita lewat kematian dan kebangkitan-Nya. Yesus membebaskan kita. Yesus, Sang Kebenaran itu melepaskan kita dari segala ketakutan. Ketakutan yang muncul apabila kita berkata benar. Ketakutan akan disiksa, dikucilkan, disingkirkan apabila berkata benar.
Karena Yesus sudah lahir bagi kita, tatkala kita diancam karena berkata jujur, kita tetap tenang dan damai. Karena Yesus sudah lahir bagi kita, tatkala kita dijauhi dan dikucilkan karena berkata benar, kita masih bisa bertahan dan tidak goncang. Karena Yesus sudah lahir bagi kita, dalam penderitaan dan penyiksaan karena berkata benar pun, kita tetap bisa berkata, “Selamat Natal! Selamat karena kebenaran!”
Selamat Natal, Selamat karena Yesus ialah kebenaran.
————————————–
Baca Juga
1. Selamat Natal, Allah Mengasihi Kita
2. Selamat Natal, Selamat karena Kebenaran
3. Selamat Natal, Allah Beserta Kita
4. Selamat Natal, Allah Menyelamatkan Kita
Sumber Gambar : blogspot