Sukacita Natal
“Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud” (Lukas2:11).
“Inilah hari yang dijadikan Tuhan, marilah kita bersorak-sorak dan bersukaria karenanya” (Mazmur 118:24)
Natal seharusnya menjadi hari yang penuh sukacita bagi semua orang. Tapi berbeda dengan apa yang dialami bangsa Israel karena Natal atau Kelahiran Yesus Kristus. Ratap tangis terdengar di setiap sudut kota karena tragedi berdarah yang dilakukan oleh raja Herodes. Ia menggunakan kekuatan dan kekuasaannya untuk memusnahkan Anak yang lahir dalam rencana Allah yaitu Yesus Kristus. Tapi sayang kekuatannya tidak dapat menyaingi kemahakuasaan Allah. Rencana Allah tetap tidak dapat digagalkan oleh manusia, siapapun dia. Bayi Natal tetap hidup sesuai dengan rencana Allah.
Suasana Natal kali ini sangat memprihatinkan dan membuat kita mencucurkan air mata karena berbagai krisis yang melanda negara kita. Atau mungkin kita bersedih karena beberapa orang yang kita kasihi tidak dapat merayakannya bersama kita lagi. Sepintas muncul pertanyaan dalam diri: Masihkah Natal memberikan sukacita Natal bagi diri kita?
Merasakan Sukacita Natal
Saudara, mungkin di luar sana ada banyak orang yang tidak bisa menikmati sukacita natal karena kesedihan, dukacita, peperangan, penindasan, dan lain-lain seperti yang terjadi pada jaman raja Herodes. Tapi Natal telah terjadi dan akan terus dirayakan sesuai dengan rencana Allah. Hal ini menunjukkan bahwa damai Allah akan tetap ada dalam kehidupan kita. Janganlah perasaan sedih, dukacita, dan penderitaan menguasai hati kita sehingga menghilangkan sukacita Natal, tapi marilah kita berkata kepada jiwa kita, “Inilah hari yang dijadikan Tuhan, marilah kita bersorak-sorak dan bersukaria karenanya dan menikmati damai Allah.”
Penderitaan tidak dapat menindas damai dan sukacita Natal yang telah Allah karuniakan bagi kita.
Sumber Gambar : www.foodnservice.com