Allah Mau Berkunjung
Kita cuma rakyat biasa, orang kecil. Beliau adalah raja agung. Bagaimana cara pertemuan antara rakyat biasa dengan raja agung. Apakah rakyat yang datang kepada raja? Atau raja yang datang kepada rakyat? Tentu saja rakyat yang datang kepada raja.
Rakyat juga tidak boleh sembarangan datang kepada raja. Hanya para undanganlah yang diperkenankan untuk datang. Dalam beberapa kisah, jika rakyat datang tanpa membuat janji, maka hukuman mati siap menanti. Kalaupun mendapat undangan, rakyat harus datang dengan pakaian yang paling bagus. Dan bila menghadap raja, rakyat harus berjalan menunduk, terbungkuk, dan menurut. Tidak boleh membelakangi raja juga saat akan kembali. Waduh, repot membayangkannya.
Di zaman ini, budaya sejenis ini juga masih terus bertahan. Ada orang-orang yang berlagak bak raja, permaisuri, pangeran, atau pembesar, dan membuat orang lain layaknya bawahan atau rakyat jelata. Orang-orang ini ada di kantor, di pemerintahan, bahkan di lingkungan tempat kita tinggal. Kita harus menghadap kepada atasan. Rakyat menghadap kepada raja. Dan bukan sebaliknya.
Ini baru peraturan menghadap raja atau atasan kita. Bagaimana hubungan kita dengan Allah? Harusnya manusia mencari Allah bukan? Nyatanya tidak! Alkitab memberikan gambaran bahwa Allah yang datang kepada manusia. Gambaran Alkitab ini sungguh bertolak belakang. Allah mau berkunjung kepada manusia.
Allah Mau Berkunjung
Di Kitab Kejadian, dituliskan “..Tuhan Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk…”(Kejadian 3:8). Allah mengunjungi Adam dan Hawa yang saat itu hidup di Taman Eden. Selanjutnya, ada juga kisah Allah mengunjungi Abraham di rumahnya dan mengajaknya melihat langit, “Lalu Tuhan membawa Abram keluar…”(Kejadian 15:5). Juga ada kisah Allah mengunjungi Samuel yang masih kecil. Tertulis, “Lalu datanglah Tuhan, berdiri di sana…”(1 Samuel 3:10). Tuhan datang dan berdiri di samping ranjang Samuel, memanggil Samuel saat ia tertidur.
Itu beberapa gambaran yang kita peroleh dari Alkitab. Allah bukan seorang raja yang duduk di takhta yang megah dengan istana yang dilapisi berbagai penjagaan. Allah digambarkan sebagai sosok yang biasa. Allah mau mencari dan Allah mau berkunjung kepada manusia.
Injil juga berkisah bahwa Allah yang mencari kita. Ia ingin mengunjungi rumah kita. Ia ingin berkunjung. Ia tidak gengsian dan hanya menanti di kursinya yang agung. Ia merendahkan diri hingga sejajar dengan kita. Ia mencari kita! Injil ini terwujud dalam sosok Kristus. Allah datang dalam wujud Yesus untuk menjumpai manusia. Bingung? Memang ini melampaui batas akal manusia. Bagaimana bisa raja yang maha agung datang mengunjungi manusia? Rakyat jelata dengan berbagai dosa dan kesalahan?
Yesus hidup seperti kita. Selama 33 tahun hidupnya, Ia hidup seperti rakyat jelata. Ia memberikan persembahan di Bait Allah, Ia menghadiri pernikahan di Kana, Ia bercakap-cakap dengan perempuan Samaria, Ia makan, Ia bercerita, Ia menyembuhkan orang-orang sakit, Ia menghibur, dan Ia berkeliling mengunjungi banyak daerah dan orang-orang. Lalu akhirnya Ia disalibkan, mati, dikuburkan, dan bangkit ke Sorga. Bagaimana bisa? Memang sedikit tidak masuk akal.
Itulah Allah yang kita kenal. Allah yang mau turun ke bumi untuk mencari, mengunjungi, berkomunikasi, dan bersahabat. Allah yang aktif dan merendahkan diri.
Sumber gambar: wallpaper-kristen.blogspot.com, vinzpablo.com