Allah yang Peka
Apakah Tuhan ada? Andaikata Dia ada, mengapa Dia diam saja tatkala banyak bencana terjadi? Mengapa hidup manusia harus penuh dengan berbagai kemalangan? Mengapa kesulitan tidak pernah pergi dari hidup ini?
Allah yang Peka?
Ini adalah beberapa pertanyaan yang muncul dari orang Jepang, manakala mereka mengapa bencana dan musibah yang silih berganti. Belum saja selesai masalah gempa bumi, tsunami, dan pembangkit listrik tenaga nuklir, hari Sabtu dan Minggu lalu, Jepang kembali mengalami bencana alam, yaitu taifuu (angin topan). Daerah bagian tengah Jepang, tepatnya di Kii Hantou (Semenanjung Kii) diguyur hujan deras 4 hari berturut-turut. Akibatnya di terjadi tanah longsor di 5 titik. Banyak orang yang mempertanyakan hal tersebut. Mengapa hal ini mesti terjadi? Mengapa mesti keluarga saya yang mengalaminya? Lalu bagaimana orang Kristen menjelaskan ini kepadanya?
Dalam kitab Keluaran, kita mendapati kisah Allah yang ternyata mau berurusan dengan persoalan manusia. Di sini setidaknya ada 4 kata kerja yang ditujukan kepada Allah: MENDENGAR, MENGINGAT, MELIHAT, MEMPERHATIKAN (Keluaran 2: 23-25). Allah merupakan pribadi yang personal, melibatkan dirinya pribadi kepada manusia. Allah itu empatik (turut merasakan) dan juga partisipatif (turut ambil bagian). Allah adalah Allah yang peka. Jadi jangan salah menyangka kalau Allah hanya duduk-duduk, diam-diam saja di surga. Segala urusan manusia di bumi, ternyata juga menjadi minat dan perhatian Tuhan yang bersemayam di surga.
Di tengah bencana, musibah, maupun persoalan, pernahkah kita berpikir bahwa Allah itu jahat atau tidak adil? Jangan-jangan itu terjadi karena salah kita sendiri. Kita kurang peka dan percaya akan kehadiran Allah yang nyata di depan mata. Percayalah bahwa di setiap masalah yang kita alami, Allah selalu hadir dan ada di dekat kita. Tinggal bagaimana reaksi kita selanjutnya. Berdoalah minta kekuatan dan petunjuk, apa yang harus dilakukan selanjutnya.
Allah kita adalah Allah yang peka dan peduli. Dia akan selalu ada untuk setiap orang.