Apa kata Alkitab mengenai hukuman mati?
Bagaimana cara untuk mengetahui sikap negara terhadap suatu tindakan kriminal? Ahli hukum memberikan jawabannya. Sikap negara terhadap suatu tindak kriminal dapat dilihat dari berapa berat hukuman atas tindak kriminal tersebut di suatu negara. Misalnya saja, kita bisa lihat Cina yang begitu serius memerangi korupsi. Buktinya Pemerintah Cina lewat Presidennya Xi Jinping berani menetapkan hukuman mati bagi tersangka koruptor. Beberapa pejabat terkenal dan pejabat lingkungan dalam pemerintahan ditebas demi menegakkan keadilan dan memberantas korupsi. Lalu ada juga hukuman mati bagi pengedar narkoba di beberapa negara. Ini yang menunjukkan negara tersebut serius dan benar-benar memerangi narkoba. Apa kata Alkitab mengenai hukuman mati?
Di dalam Alkitab, khususnya Perjanjian Lama, menjelaskan beberapa aplikasi hukuman mati untuk berbagai perbuatan: pembunuhan (Keluaran 21:12), penculikan (Keluaran 21:16), hubungan seks dengan binatang (Keluaran 22:19), perzinahan (Imamat 20:10), homoseksualitas (Imamat 20:13), menjadi nabi palsu (Ulangan 13:5), pelacuran dan pemerkosaan (Ulangan 22:4) dan berbagai kejahatan lainnya.
Namun, Allah seringkali menyatakan kemurahan ketika harus menjatuhkan hukuman mati. Seperti misalnya untuk dosa perzinahan yang dilakukan oleh Daud. Daud melakukan perzinahan dan pembunuhan, namun Allah tidak menuntut supaya nyawanya diambil (2 Samuel 11:1-5; 14-17; 2 Samuel 12:13). Dan pada akhirnya, semua dosa yang kita perbuat yang sudah sepantasnya diganjar dengan hukuman mati (Roma 6:23). Namun, “Syukur kepada Allah, Allah menyatakan kasihNya kepada kita dengan tidak menghukum kita” (Roma 5:8).
Ketika orang-orang Farisi membawa kepada Yesus seorang wanita yang tertangkap basah sedang berzinah dan bertanya kepada-Nya apakah wanita itu perlu dirajam, Yesus menjawab “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu” (Yohanes 8:7).
Ini tidak boleh diartikan bahwa Yesus menolak hukuman mati dalam segala hal. Yesus hanya mengungkapkan kemunafikan orang-orang Farisi. Orang-orang Farisi ingin menjebak Yesus untuk melanggar Hukum Perjanjian Lama. Mereka sama sekali tidak peduli dengan wanita yang akan dirajam itu.
Allah sendiri yang menetapkan hukuman mati: “Siapa yang menumpahkan darah manusia, darahnya akan tertumpah oleh manusia, sebab Allah membuat manusia itu menurut gambar-Nya sendiri” (Kejadian 9:6).
Yesus akan mendukung hukuman mati dalam kasus-kasus lain. Yesus juga menunjukkan anugerah ketika hukuman mati seharusnya dijatuhkan (Yohanes 8:1-11). Rasul Paulus juga mengakui kuasa dari pemerintah untuk menjatuhkan hukuman mati, ketika dibutuhkan (Roma 13:1-5).
Ya, Allah mengijinkan hukuman mati. Namun, pada saat bersamaan, Allah tidak selalu menuntut hukuman mati. Kalau begitu bagaimana seharusnya pandangan orang Kristen terhadap hukuman mati?
Pertama-tama, kita mesti mengingat bahwa Allah sendiri yang telah menetapkan hukuman mati melalui Firman-Nya, Karena itu, menjadi kesombongan jika menganggap kita mampu menetapkan standar yang lebih tinggi dari-Nya atau bisa lebih bermurah hati dari-Nya. Allah memiliki standar yang paling tinggi dan suci dari semua makhluk karena Dia sempurna adanya. Standar ini berlaku bukan hanya untuk kita namun juga untuk diri-Nya. Karena itu, Dia mengasihi secara tak terbatas, dan memiliki belas kasihan yang tak terbatas. Kita juga melihat bahwa murka-Nya tanpa batas, dan semua ini terjaga dengan seimbang.
Kedua, kita harus mengenali bahwa Allah telah memberi pemerintah otoritas untuk menentukan kapan hukuman mati pantas dijatuhkan (Kejadian 9:6, Roma 13:1-7). Justru tidak alkitabiah mengklaim bahwa Allah menentang hukuman mati dalam segala hal.
Merenungkan apa kata Alkitab mengenai hukuman mati kita jadi belajar bahwa orang Kristen tidak boleh bergembira ketika hukuman mati dilaksanakan, namun pada saat bersamaan, orang Kristen juga tidak sepantasnya melawan hak pemerintah untuk mengeksekusi pelaku-pelaku kejahatan yang paling kejam. Kita percaya, bahwa selalu ada konsekuensi yang harus ditanggung oleh seseorang saat dia melakukan sesuatu. Dan mempercayai pemerintah sebagai perwakilan Allah di dunia ini bukanlah sesuatu hal yang salah untuk dilakukan.
Bacaan lainnya:
Sumber gambar : http://www.rappler.com/world/regions/asia-pacific/indonesia