Bapa Kami yang di Sorga
Dalam Perjanjian Lama, Tuhan Allah jarang sekali dikaitkan dengan sosok seorang Bapa. Kalaupun ya, itu menunjukkan Tuhan Allah sebagai Bapa pencipta dan penjaga Israel (misalnya dalam Ulangan 32:6). Di sini ditunjukkan seorang Bapa yang punya kekuasaan dan kedaulatan penuh dan tidak terbatas. Semua anak-anaknya harus tunduk dan takut terhadap Tuhan Allah (bandingkan dengan Maleakhi 1:6).
Bagi setiap orang Israel, nama Allah menunjukkan pada kekuasaan dan kedaulatan Allah, sekaligus kerendahan dan kelemahan manusia. Begitu takut dan gentarnya orang Israel menyebut nama Allah. Makanya dalam Perjanjian Lama, Bangsa Israel menyebut nama Allah dengan YHWH. Coba saja sebutkan nama Allah itu. Tidak bisa dibaca bukan? Memang benar! Bangsa Israel tidak bisa menyebutkan nama Allah langsung. Tambahan lagi, Bangsa Israel juga takut pada ancaman hukuman ketika menyebut nama Allah sembarangan (salah satu dari 10 Hukum Taurat).
Yesus Bawa Perubahan : Panggilan Bapa Kami
Kedatangan Yesus ke dalam dunia dan ke dalam Bangsa Yahudi membawa perubahan besar. Salah satu perubahan yang paling mendasar adalah cara Yesus memanggil nama Allah Bapa dengan sebuah panggilan yang tidak pernah diucapkan oleh Bangsa Yahudi. Yesus menggunakan kata “Bapa” yang menunjuk kepada Pribadi Allah Bapa. Kita bisa melihat fakta bahwa Yesus 65 kali menyebut Tuhan Allah dengan panggilan “Bapa” dalam Injil Sinoptik (Matius, Markus, dan Lukas), dan lebih dari 100 kali dalam Injil Yohanes. Bandingkan dengan Perjanjian Lama yang hanya 15 kali.
Kata spesifik yang Yesus gunakan adalah “Abba”, Bapa dalam Bahasa Aram. Kata Abba menunjuk pada panggilan seorang anak kepada ayah kandungnya sendiri. Jadi memanggil Allah dengan sebutan Bapa membuktikan hubungan yang sangat dekat antara Yesus dan Allah Bapa. Ada hubungan yang khusus antara Yesus dengan Allah Bapa. Itu benar, karena Yesus adalah Allah itu sendiri.
Makna Bapa Kami yang di Sorga
Yesus kemudian mengajarkan murid-muridnya untuk berdoa dan memanggil Allah dengan sebutan “Bapa” (Doa Bapa Kami, Matius 6:9). Ini tidak berarti merendahkan panggilan terhadap Allah Bapa. Allah Bapa tetap mulia, kudus, dan berkuasa. Namun Allah Bapa sesungguhnya bukanlah Allah yang jauh di surga sana tidak bisa tergapai oleh manusia. Panggilan Bapa “mendekatkan” manusia dengan Allah Bapa. Dengan doa dan pujian, Allah Bapa semakin dekat dan diam dengan kita, dan kita pun dapat merasakannya. Alasan yang adalah karena kita sesungguhnya telah mendapat anugerah dan hak yang sama seperti Yesus sehingga dapat memanggil Allah dengan sebutan Bapa. Melalui kematian dan kebangkitan Yesus, kita dikuduskan, menjadi satu dengan Yesus Kristus dan turut mendapatkan bagian dalam Keluarga Kerajaan Allah. Dan sebagai anggota keluarga, kita juga mendapatkan anugerah dan hak yang sama seperti seorang anak. Seorang anak bisa memanggil Bapanya tanpa sungkan dan kegentaran.
Abba atau Bapa juga merangkum seluruh pesan dalam Alkitab yang berkata bahwa Allah itu penuh belas kasih dan sabar, Dia adalah setia dan adil, Dia tetap teguh menepati janji-Nya.
Hubungan dengan Bapa Kami yang di Sorga
Dengan kematian Yesus, kita betul-betul telah menjadi bagian keluarga Allah, seperti yang tertulis dalam Ibrani 4:14-16.
Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita. Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.
Sumber Gambar : BlogSpot