Bapak Sudah Senang di Sorga
Kepergian dapat terjadi kapan pun. Termasuk kepergian dari dunia ini. saya menyebutnya kematian. Tidak ada yang dapat menduga. Tidak ada yang dapat bersiap-siap. Pagi harinya masih bisa berbincang-bincang, namun sore harinya pergi dengan sangat mendadak. Itulah yang terjadi kepada Amangboru saya hari minggu kemarin. Kami memanggilnya Amangboru Raymond (amangboru adalah sebutan bagi suami dari seluruh saudara perempuan ayah, atau namboru, atau bou).
Dulu, Amangboru bersama dengan Bou, Raymond (anak pertama), dan Evan (anak yang kedua) selalu mengunjungi rumah saat ada arisan keluarga. Juga saat Natal atau Tahun Baru. Amangboru memang sudah lama sakit. Namun, di tahun 2015 ini, kondisinya sudah jauh membaik.Tutur bou, amangboru sudah bisa ikut arisan keluarga. Juga melakukan beberapa aktivitas harian di rumah.
Namun, hari minggu kemarin, 12 Juli 2015, kabar duka itu pun datang. Sekitar jam setengah 5 sore, Evan menelepon ke rumah menanyakan papa dan mama. Papa dan mama tidak ada di rumah karena sedang pergi ke tempat saudara yang anaknya malua (istilah untuk lepas sidi). Evan berkata, “Bapak udah gak ada Daniel.” “Ya van, nanti akan segera diberitahu ya,” ujar saya kemudian. Saya lalu langsung menelepon ke handphone papa, dan memberitahukan kabar duka tersebut. Papa dan mama langsung pulang dari acara dan menuju ke rumah.
Sekitar jam setengah 6, Papa dan Mama sudah sampai di rumah. Saya langsung mengunci rumah dan kami langsung menuju ke Cakung, ke rumah namboru saya. Awan petang menggelayut pekat minggu sore itu sepanjang perjalanan kami. Setibanya di sana, terlihat para tetangga sedang mendirikan tenda di depan rumah bou. Pintu rumah dibuka dan di tengah-tengah ruangan ada kasur tempat amangboru dibaringkan. Badannya kaku persis seperti Bapatua Lina hampir tiga tahun yang lalu. Bou, Raymond, dan Evan duduk di sisi kanan. Saya langsung mendekat dan memeluk bou. Mengucapkan turut berbelasungkawa. Begitu juga kepada Raymond dan Evan. Hampir sejam saya duduk di ruangan, melihat kesedihan bou, Raymond, dan Evan, melihat orang-orang yang datang silih berganti memberikan ucapan belasungkawa, dan merenungkan sejenak masa-masa dulu saya mengenal amangboru. Waktu terasa begitu singkat saat melihat orang-orang perlahan meninggalkan kita.
Bapak Sudah Senang di Sorga
Hari minggu ini, seminggu setelah kepergian amangboru, papa, mama, dan saya pergi ke rumah bou di Cakung. Suasana duka masih terasa di rumah ini. Kebetulan, sepulang gereja tadi ada acara penghiburan di rumah bou. Saya tergugah dengan cerita bou tentang doa Evan, “Ya, bapak sudah senang di Sorga, bapak sudah sama-sama Tuhan sekarang.”
Adong do Ama na di surgo i,Tuhan Jahowa Debantata i.
Dijou do au, na lao ma au,Tu Ama na di surgo i.
Lao ma au, lao ma au tu na di surgo i
Lao ma au, lao ma au tu na di surgo i
Dijou do au, na lao ma au, tu Ama na di surgo i
Ada seorang Bapa yang baka Dialah Tuhan Allah semesta
Aku terpanggil dan pergi Menghadap Bapa abadi
Aku pun majulah ke tanah airku
Aku pun majulah ke tanah airku
Aku terpanggil dan pergi Menghadap Bapa abadi
Di surgo do dipeop tumpalhi, Na hiniraphon ni Tuhanta i.
Di jou do au, na lao ma au, Manean na di surgo i.
Lao ma au, lao ma au tu na di surgo i
Lao ma au, lao ma au tu na di surgo i
Dijou do au, na lao ma au, tu Ama na di surgo i
Di sorga digelar mahkotaku Yang dilambaikan oleh Tuhanku
Aku terpanggil dan pergi Menuju sorga abadi
Aku pun majulah ke tanah airku
Aku pun majulah ke tanah airku
Aku terpanggil dan pergi Menuju sorga abadi
Kematian akan datang begitu saja. Tidak ada yang dapat menduga. Tidak ada yang dapat bersiap-siap. Menariknya, itulah yang membuat kita harus menjalani kehidupan ini sebaik mungkin. Sepenuh kekuatan. Segenap hati. Hingga di akhir kehidupan kita kelak, kita bangga melihat jejak baik yang telah kita tinggalkan.
Sumber gambar : Blogspot