Bukti Kedewasaan Rohani
Saat kita mempelajari kehidupan Yesus, kita akan dikejutkan oleh fakta bahwa sekelompok orang yang tekun beribadah justru yang paling membuat Yesus marah. Yesus hadir di dalam dunia dan masuk ke dalam adat dan budaya Bangsa Yahudi. Yesus juga menaati semua peraturan yang ada di dalam Bangsa Yahudi. Yesus menaati Hukum Taurat dan tata ibadahnya. Misalnya dalam Markus 12:28-34 ketika seorang Ahli Taurat menanyakan kepada Yesus tentang hukum yang paling utama. Tapi ada juga saat Yesus mengecam para Ahli Taurat dengan tegas. Yesus menyebut mereka sebagai ular, keturunan ular beludak, orang bodoh, dan orang munafik (terdapat dalam Matius 23:1-39).
Sebetulnya apa yang membuat Yesus marah besar? Orang Farisi mengabdikan hidupnya untuk menaati Allah dan segenap Perintah Allah, misalnya memberikan perpuluhan (Matius 23:23), menaati dengan tekun Hukum Taurat, dan mengutus misionaris untuk mencari petobat baru (Matius 23:15). Orang Farisi tetap setia dan teguh memegang dan menjalankan Perintah-Perintah Allah, berbeda sekali dengan orang-orang asing pada jaman itu yang menganut paham-paham sesat.
Yesus Mengajarkan Bukti Kedewasaan Rohani
Namun, kecaman Yesus yang tajam bagi orang Farisi menunjukkan betapa seriusnya Yesus memandang ancaman paham Legalisme (ajaran yang memegang teguh hukum). Bahayanya tersamar, dapat menipu, dan tidak mudah dikenali. Ancaman yang sama juga hingga pada saat ini. Saat di mana orang atas dasar perintah dan hukum agama justru membunuh dan membinasakan orang lain. Saat di mana hanya karena memegang teguh hukum agama sendiri, lantas menganggap hukum agama lain salah dan ingin memberangusnya. Saat di mana karena memegang teguh hukum, maka manusia lainnya bisa dibunuh. Saat di mana orang menganggap dirinya sedemikian bersih, sehingga dapat membinasakan manusia-manusia lainnya yang kotor.
Yesus tidak membenci hukum dan peraturan. Yesus membenci mereka yang merasa dirinya lebih bersih karena menjalankan hukum dan peraturan. Yesus membenci mereka yang merasa dirinya lebih suci daripada orang lain. Buktinya Yesus mencela penekanan penampilan luar orang Farisi, “Mangkuk-mangkuk dan piring-piringmu kalian cuci bersih-bersih bagian luarnya, padahal bagian dalamnya kotor sekali dengan hal-hal yang kalian dapat dengan kekerasan dan keserakahan,” (Matius 23:25). Ahli Taurat dan Orang Farisi malah menganggap dirinya lebih bersih dan lebih suci dari orang lain karena telah melakukan perintah Tuhan. Kemudian ini justru membuat mereka menjadi sombong dan jadi ajang untuk membuat orang lain kagum.
Yesus menginginkan seseorang yang betul-betul dewasa rohani. Hukum dan Perintah Allah berguna untuk menunjukkan betapa berdosanya manusia, tidak mampu menaati hukum Tuhan dengan sepenuh hati. Hukum dan Perintah Tuhan ada untuk dijalankan dan sebagai sarana untuk menuntun hidup kita kepada “manusia baru” yang sesuai dengan perintah Allah. Hukum dan Perintah Allah untuk membentuk manusia yang dewasa dalam iman.
Bukti kedewasaan rohani bukan dilihat dari seberapa “murnikah” teman-teman karena sudah menjalankan hukum dan perintah Allah. Kedewasaan malah menekankan kepada ketidakmurnian diri sendiri. Kesadaran inilah yang akan membuka pintu pada anugerah Allah. Sebaliknya, tanpa kesadaran ini, kita tidak akan pernah sampai pada anugerah Allah.
Sumber Gambar : BlogSpot