Eli Eli Lama Sabakhtani
“Eli Eli Lama Sabakhtani?” Artinya: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? (Matius 27:46). Ini adalah salah satu dari tujuh perkataan Yesus saat di kayu salib. Memang seluruh perkataan salib sulit dimengerti, namun di antara semuanya, perkataan inilah yang menurut saya paling sulit dimengerti.
Saat menulis sebuah artikel di Kompasiana mengenai Keselamatan menurut Kristen dan Islam, beberapa orang menanyakan saya perihal ini. Mereka bertanya mengapa seorang Yesus mengucapkan perkataan tersebut. Saya tahu orang-orang tersebut berusaha menggiring kita pada kebingungan mengenai pribadi Yesus. Mereka berargumen kalau Yesus adalah Allah, mengapa Yesus mengucapkan perkataan itu? Itu berarti Yesus berkata kepada diri-Nya sendiri bukan? Atau siapakah Yesus saat di kayu salib? Apakah Dia adalah Allah atau manusia? Seperti itulah argumen mereka.
Makna Eli Eli Lama Sabakhtani
Saya berusaha memberikan jawaban yang tepat. Yesus sepanjang hidupnya, bahkan hingga di kayu salib, adalah 100% Allah dan 100% manusia. Inilah fakta yang harus diterima. Mustahil? Bagi Allah tidak ada yang mustahil (Lukas 1:37). Orang tersebut kemudian menanggapi, “Jadi Yesus berkata kepada diri-Nya sendiri dong?” Saya menjawab, “Ya, Yesus berkata kepada diri-Nya sendiri. Tapi dengan menerima fakta tersebut, ada konsekuensinya. Dengan Anda menanggapi seperti itu, Anda harus mempercayai bahwa Yesus adalah Allah.” Orang tersebut kemudian mengiyakan jawaban saya. Untuk lebih lengkapnya mengenai tanya jawab saya itu, teman-teman bisa melihatnya di sini.
Kali ini saya tidak ingin membahas mengenai makna perkataan salib ini. Saya belum mampu. Kali ini, saya hanya ingin menjelaskan konsekuensi logis dari perkataan Yesus ini. Silahkan membaca teman-teman!
“Eli Eli Lama Sabakhtani,” perkataan ini keluar dari mulut seorang Yesus. Mengapa Yesus mengucapkannya? Apakah Yesus menderita dan kesakitan mengalami semua hukuman yang Dia alami? Salah. Semua bentuk penderitaan dan kepedihan manusiawi yang paling berat sudah Ia alami, dan itu tidak membuat-Nya mengaduh. Kecuali satu! Ada satu lagi yang belum Dia alami. Saat yang satu ini Dia alami, Yesus berteriak, “Eli Eli Lama Sabakhtani”.
Yang satu ini adalah puncak yang paling tinggi dan sekaligus dasar yang paling dalam dari semua penderitaan! Topnya semua penderitaan. Yaitu: konsekuensi atau akibat yang paling fatal dari dosa! Apakah itu? Keterpisahan dan keterasingan dari Allah. Akibat dosa yang paling hebat adalah: terpisah dan ditinggalkan oleh Allah!
Semua bentuk penderitaan tidak membuat Yesus berteriak. Ia berteriak keras, “Eli Eli Lama Sabakhtani” itu karena kita. Ia yang tidak berdosa telah dijadikan berdosa ganti kita, supaya kita tidak usah lagi mengalami yang Ia alami.
Teriakan Yesus pada hari Jumat siang itu memang telah berlalu. Tapi teriakan itu tetap terdengar seperti bunyi sirene tanda bahaya! Tanda bahaya teman-teman!
Tanda bahaya apa? Bahaya DOSA! Betapa fatalnya, betapa menyakitkannya akibat dosa itu! “Eli Eli Lama Sabakhtani,” teriakan Yesus itu ibarat bunyi sirene yang mengingatkan kita: Awas dosa! Jangan pandang enteng dosa! Jangan main-main dengan dosa! Ingat akibatnya!
Mari coba menyepi! Terdengarkah teriakan Yesus itu? “Eli Eli Lama Sabakhtani, Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”
“Eli Eli Lama Sabakhtani, Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Teriakan Yesus terus menggema sepanjang waktu. Mengingatkan kita akan bahaya dosa itu. Berbuat dosa emang kadang-kadang enak, tapi akibatnya itu lho!
Bahan Bacaan:
Tujuh Perkataan Salib oleh Stephen Tong.
Jalan Kematian, Jalan Kehidupan oleh Eka Darmaputera.
sumber gambar : blogspot
52 thoughts on “Eli Eli Lama Sabakhtani”