Hana Ibu yang Penuh Doa
Hidup dengan suami dan anak dalam keluarga yang saling mengasihi dan memperhatikan pasti membahagiakan. Namun itu tidak dirasakan oleh Hana (1 Samuel 1:1-18). Ia masih merasa kekurangan karena sebagai wanita ia tidak bisa menjadi ibu dan memberikan seorang anak kepada suaminya, Elkana. Sekalipun suaminya mengatakan bahwa ia lebih berharga daripada 10 orang anak laki-laki, Hana tetap menganggap bahwa kelahiran seorang anak adalah impiannya. Keinginannya begitu kuat untuk memiliki seorang anak. Keadaan makin memburuk ketika Penina menggunakan kekurangan Hana untuk menyerang Hana. Hana semakin sedih dan merasa tidak lagi berguna. Keadaan itu membuat Hana seakan-akan menjadi manusia yang tidak berguna. Namun, cerita tidak berakhir saja di situ. Hana ibu yang penuh doa, akhirnya memperoleh jawaban doanya.
Kisah Hana, Ibu yang Penuh Doa
Namun Hana tidak lekas putus asa dan bunuh diri. Cerita ini terus berlanjut karena Hana adalah seorang wanita yang berdoa. Ia tahu kemana ia harus menggantungkan harapannya. Ia berdoa setiap hari kepada Allah di dalam Bait Suci. Kerinduannya menjadi seorang ibu betul-betul dibawanya ke hadapan Allah. Begitu kuatnya kerinduan Hana, hingga Edith Deen menyebut Hana sebagai The Prayerful Mother atau Ibu yang penuh doa dalam bukunya All of the Women of the Bible (Semua wanita dari Alkitab).
Sedikitnya ada 2 alasan mengapa disebutkan Hana ibu yang penuh doa. Yang pertama, Hana tetap terus berdoa pada waktu orang lain sudah tidak bisa berdoa. Teman-teman tentu ingat kejahatan anak Imam Eli yakni Hofni dan Pinehas. Kalau anak-anak Imam saja sudah seperti itu, apalagi bangsa Israel. Umat Israel kala itu sudah makin jauh dari Allah, tidak religius, moral bobrok. Tidak peduli lagi yang namanya Allah atau berdoa pada Allah. Orang yang banyak berdoa diejek, diledek, dianggap aneh. Makanya ketika Hana berdoa, imam pun menganggapnya aneh, menyangka Hana sedang mabuk.
Yang kedua ialah Hana berdoa dengan benar. Hana dengan tulus hati memohon pada Tuhan, tapi tidak menuntut dan mengancam. Lihat 1 Samuel 1:15, “…aku mencurahkan isi hatiku di hadapan Tuhan.” Teman-teman juga silakan membaca isi doa Hana pada Allah seperti yang tertulis di ayat ke-11.
Singkat cerita, Hana menceritakan pergumulan dan kerinduannya kepada Eli, dan sejak hari itu, Hana semakin diyakinkan bahwa pengharapan dan doanya pasti akan dikabulkan. Dengan iman ia memegang kata-kata Imam Eli, bahwa Allah Israel akan memberikan kepadamu apa yang engkau minta daripada-Nya.
Akhir cerita yang bahagia. Tahun berikutnya, Hana memiliki seorang anak yang bernama Samuel, nama yang berarti “aku telah memintanya dari Tuhan”. Hana dan suaminya pun bahagia. Samuel akhirnya menjadi hamba Tuhan yang luar biasa bagi umat Israel. Seorang nabi besar penyambuh lidah Allah yang muncul setelah ratusan tahun kekosongan Firman Tuhan.
Mama yang Terus Berdoa
Masalah akan selalu ada dan harus selalu kita hadapi. Namun tetaplah kuat dan berdoalah dengan tekun seperti Hana. Curahkan isi hati kita kepada Tuhan. Selanjutnya, nantikanlah dengan iman semua permohonan itu, sebab Allah akan memberikan yang terbaik bagi kita.
Cerita mengenai Hana juga memberikan gambaran yang jelas kepada saya dan Abang mengenai Mama. Mama juga adalah sosok ibu yang berdoa. Setiap malam sejak masih kecil, mama sudah membiasakan keluarga kami untuk mengikuti kebaktian malam bersama. Kami mengucapkan syukur untuk setiap hal yang telah kami peroleh sepanjang hari sekaligus memohon berkat-berkat Tuhan untuk hari-hari ke depan. Mama juga selalu mendoakan kami berdua, ketika kini kami tidak dapat lagi berdoa bersama karena harus berkuliah. Nama kami berdua akan selalu ada di dalam setiap doa yang mama panjatkan.
Terima kasih Tuhan, karena ada teladan bagiku di dalam hidup ini. Mama yang senantiasa berdoa bagi keluarga. Mama yang senantiasa menggantungkan harapannya kepada Tuhan. Mama yang membuat saya semakin bersyukur atas kasih-Mu di dalam kehidupan ini.
Sumber Gambar : branham.org