Haram dan Tidak Haram Menurut Perjanjian Baru
Dalam Perjanjian Lama, Allah jelas-jelas membedakan binatang haram dan tidak haram. Tapi bagaimana dengan Perjanjian Baru dalam Alkitab? Nah, Kitab Kisah Para Rasul menuliskan hal yang menarik mengenai hal ini. Pembahasan kita sekarang beralih ke Kitab Kisah Para Rasul pasal 10. Mengenai kisah penglihatan Petrus di atas rumah.
Haram dan Tidak Haram Menurut Perjanjian Baru
Saat itu, pada tengah hari, Petrus naik ke atas rumah untuk berdoa. Ia merasa lapar dan ingin makan, tapi sementara makanan disediakan, tiba-tiba roh Petrus diliputi kuasa Ilahi. Petrus melihat langit terbuka dan turunlah benda berbentuk kain lebar yang bergantung, dan di dalamnya terdapat pelbagai jenis binatang berkaki empat, binatang menjalar, dan burung. Kitab Kisah Para Rasul memang tidak detail menjelaskan binatang itu, tapi Kitab Imamat 11 bisa menjadi pembanding. Mungkin babi, unta, kelinci, burung rajawali, burung elang, gagak, burung unta, burung hantu, kelelawar, semut, kumbang, kadal, tikus, atau ular.
Melihat semuanya itu, Petrus langsung teringat ajaran ibunya. “Simon, itu kejijikan. Itu haram! Jangan sentuh, segera cuci bersih tanganmu!” “Kita ini berbeda. Kita tidak makan babi. Itu jijik, haram. Tuhan melarang menyentuhnya,” ingat Petrus akan ajaran bangsa Yahudi. Bagi Petrus dan semua orang Yahudi, binatang seperti itu tidak boleh dimakan, bahkan membicarakannya pun adalah hal yang tabu, dilarang. “Janganlah membuat dirimu jijik dan janganlah kamu menajiskan dirimu dengan semuanya itu,” Firman Tuhan (Imamat 11:43). Petrus juga mungkin pernah mengalami diasingkan dan tidak boleh beribadah karena kena binatang itu. Dia juga mungkin pernah melihat seisi panci dibuang karena ada binatang masuk ke dalam panci. Semua hukum-hukum itu telah mengakar kuat dalam dirinya. Intinya Petrus betul-betul tahu mana yang haram dan tidak haram.
Tapi kini Petrus mendengar, “Bangunlah Petrus, sembelihlah dan makanlah.” Sontak Petrus terkejut dan berkata, “Tidak, Tuhan, tidak, sebab aku belum pernah makan sesuatu yang haram dan tidak tahir.” Tapi kedengaranlah sekali lagi, “Apa yang dinyatakan halal oleh Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram.” Dan ini terjadi sampai tiga kali dan sesudah itu terangkatlah benda itu ke langit.
Petrus kemudian turun dan keesokan harinya dia harus menghadapi keadaan akut: sekumpulan orang “kotor” yang bukan Yahudi yang ingin masuk menjadi pengikut Yesus. Orang-orang Kristen dan pengikut Yesus Kristus kini mungkin sejenak lupa akan peristiwa yang terjadi di atas rumah, penglihatan yang dialami oleh Petrus. Kejadian yang mengubah semua pandangan dan pikiran orang mengenai “keistimewaan” orang Yahudi, bangsa pilihan Allah. Ya, ada perubahan. Ada revolusi yang terjadi.
Haram dan Tidak Haram Menurut Perjanjian Baru tidak lagi hanya sebatas makanan. Ketentuan haram dan tidak haram ini adalah yang membedakan bangsa Israel daripada bangsa lain. Ini yang menjadikan bangsa Israel berpikir bahwa mereka adalah bangsa pilihan Allah. Tapi kini, mengapa Allah seakan-akan berubah? Mengapa Allah menunjukkan binatang yang haram pada Petrus? Baca terus kisah selanjutnya.
Artikel dalam Tema yang Sama :
1. Kenapa Haram? Part 1
2. Kenapa Haram? Part 2
3. Haram dan Tidak Haram Menurut Perjanjian Baru
4. Haram : Larangan Bagi yang Cacat
5. Revolusi Anugerah Allah
6. Yesus Memulai Revolusi Anugerah Allah-Part 1
7. Yesus Memulai Revolusi Anugerah Allah-Part 2
8. Kabar Baik Bagi Dunia
9. Respons Atas Anugerah Allah Part 1
10. Respons Atas Anugerah Allah Part 2
11. Respons Atas Anugerah Allah Part 3
Sumber gambar : BlogSpot