Jangan Mengasihi Apa?
Sebuah tulisan papan peringatan tertulis di pintu depan akal dan pikiran kita, “Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya.” Sebuah peringatan yang tidak boleh kita acuhkan lagi.
Yohanes, penulis kitab ini, tentu tidak menyuruh kita menjalani hidup seperti biarawan yang hidup terpisah dari dunia. Dia juga tidak mengajak kita untuk tidak mengasihi orang-orang yang ada di dalamnya.
Kata “dunia” di dalam 1 Yohanes 2:15 tidak berarti keteraturan atau kemudahan yang kita dapat dari kemajuan teknologi, seperti kemajuan ilmu pengetahuan atau transportasi yang kita miliki sekarang. Dunia diciptakan oleh Tuhan “sungguh amat baik” (Kejadian 1:31).
Ayat ini juga tidak menunjuk kepada struktur ekonomi dan sosial masyarakat, suku atau negara kita, bukan juga soal keluarga, teman, liburan, komunitas, dan pemerintahan. Semuanya itu sudah diatur oleh Bapa di sorga. “Tuhanlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya” (Mazmur 24:1).
Dan tentu saja peringatan “Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya” bukan berarti kita tidak mengasihi sesama manusia. Kasih Allah yang begitu besar ditunjukkan lewat pengorbanan Yesus di kayu salib untuk menebus dosa-dosa manusia. Kasih Allah yang sejati itulah juga yang menjadi dasar bagi kita untuk dapat mengasihi sesama manusia.
Jangan Mengasihi Apa?
Jadi apa arti kata “dunia” yang tidak boleh kita kasihi itu? Juga apa makna dari peringatan itu?
Dunia yang tidak boleh kita kasihi adalah sistem organisasi buatan manusia yang menyerang pribadi Tuhan dan menjauhkan kita dari Tuhan. Dunia itu adalah dunia yang sudah jatuh dalam dosa. Umat manusia sedang melawan Tuhan. Dunia yang arogan, selalu butuh penghargaan, orang-orang yang egois, berusaha memisahkan diri dari Tuhan dan melawan Dia. Inilah dunia yang tidak boleh kita kasihi. Dunia yang layak menerima murka dari Tuhan. Dunia yang mengabaikan Injil dan pengorbanan Kristus.
Selama kita hidup di dunia ini, kita tidak boleh menjadi seperti dunia. John Stott dalam bukunya The Letters of John mengatakan kita tidak boleh “menjadi sama dengan dunia atau akan terkontaminasi olehnya.” Nyatanya dunia yang penuh dengan dosa ini ada di depan mata kita. Bahkan dunia tersebut mengepung kita dari segala sisi. Dunia ini menggoda mata dan telinga kita. Kita dikuasai oleh media: televisi, bioskop, media cetak, dan dengan musik. Kita menikmati begitu banyak pilihan pakaian, pekerjaan, hobi, liburan, dan masih banyak lagi.
Walaupun semuanya itu tidak salah, tetapi semua itu tentu adalah cara yang dipakai iblis untuk menjatuhkan kita ke dalam dunia yang penuh dosa ini. Semuanya menawarkan kepada kita kesempatan untuk mengejar kenikmatan tanpa baras dan meluakan Tuhan dan Firman-Nya, dan tenggelam dalam jalan dunia ini.
Pilihan itulah yang harus kita hadapi setiap hari bahkan setiap saat. Tanpa disadari atau tidak, kita akan terus dihadapkan pada pilihan: mencintai Tuhan yang menentang Tuhan atau mencintai-Nya dengan sungguh-sungguh.