Kala Mukjizat itu Tidak Datang
Kala Mukjizat itu Tidak Datang – Beberapa hari ini, linimasa media sosial saya dipenuhi oleh ungkapan dukacita teman-teman atas meninggalnya adik kelas kami di ITB. Saya tidak mengenalnya secara pribadi selama berkuliah dahulu, maupun di dalam persekutuan mahasiswa. Namun, dari beberapa ucapan yang disampaikan, saya bisa merasakan bagaimana kehidupan dia menjadi berkat bagi keluarga, teman-temannya, dan juga orang yang dia kasihi. Ada banyak kenangan baik dan manis yang diucapkan sebagai ucapan rasa syukur kehadirannya dalam kehidupan mereka.
Kepergian orang-orang yang kita kasihi terkadang memang menyakitkan. Kita, sebagai orang percaya, selalu berupaya mengunjungi dan mendoakan kesembuhan saudara, keluarga, sahabat, atau orang-orang yang kita kenal dari sakit penyakit. Kita tahu Allah berkuasa untuk melakukannya, maka setiap hari pula kita melantunkan doa meminta-Nya untuk menyembuhkan mereka.
Ada banyak kesaksian-kesaksian lain, bagaimana karya Allah di masa lalu menyembuhkan dan memulihkan kondisi orang lain. Dan kita percaya, bahwa Allah yang sama mampu melakukan mukjizat itu sekali lagi. Namun, pada akhirnya kita harus mengikhlaskan kepergiannya kepada Bapa di Surga. Meninggalkan rasa sedih bagi kita yang ada sekarang.
Kata orang, kematian adalah sebuah “kesembuhan sejati”, sebuah pernyataan iman bagi orang-orang percaya. Kematian berarti dia sudah tidak merasakan sakit atau penderitaan lagi. Kematian kita percaya adalah sebuah kondisi di mana–dia sudah bahagia–tenang bersama dengan Bapa di Surga.
Namun, kepergian orang-orang yang kita kasihi tetap menyakitkan. Kita ingin Allah menyembuhkan mereka–dan menyatakan mukjizat-Nya, tetapi entah mengapa, mukjizat itu tidak datang.
Yesus tidak selalu memenuhi harapan-harapan kita terhadap-Nya. Namun, Dia jauh melebihi apa yang dapat kita bayangkan. Dialah Allah pemberi hidup kekal. Dia baik dan bijaksana. Dia mengasihi, mengampuni, menyertai, menolong, dan memberikan penghiburan. Meskipun mukjizat itu tidak datang, kita harus tetap mengimani bahwa Yesus memiliki rencana terbaik dalam kehidupan kita.
Saya berdoa kiranya teman-teman bisa menemukan kelegaan dan penghiburan dalam Yesus. Meskipun mukjizat itu tidak datang, namun sesungguhnya, kita sudah diberikan mukjizat lain: mengetahui bahwa orang yang kita kasihi sudah bahagia bersama dengan Yesus. Dan suatu saat nanti, kita akan bertemu kembali, berpapasan muka dengan muka dalam suatu kebahagiaan kekal bersama dengan Allah Bapa kita.
Baca juga artikel-artikel lainnya dalam tema: Selamat Tinggal