Kalau FPI Ada Pada Zaman Yesus
Belakangan ini kita bisa melihat orang-orang yang mengatasnamakan Front Pembela Islam (FPI) merazia tempat-tempat minuman keras dan kejahatan. Mereka tidak segan-segan, merusak dan menghancurkan, memukul, menyiksa, bahkan membunuh orang-orang yang ada di tempat itu. Di akhir tindakannya, yang tersisa hanyalah pecahan beling, asap dari api yang belum padam, dan darah yang berceceran. Mereka berkomentar telah berhasil menumpas kejahatan, menegakkan keadilan dan kebenaran. Mereka merasa diri bersih dan berhak melakukan tindakan itu. Sekali lagi demi aturan agama, keadilan, dan kebenaran.
Tahukah teman-teman kalau tindakan yang seperti FPI lakukan sudah ada sejak ribuan tahun lalu? Sudah ada sejak zaman Yesus? Siapakah orang-orang ini? Mereka adalah Ahli Taurat dan Orang Farisi. Meskipun tidak sampai menghancurkan dan merusak, tindakan mereka seirama.
Tahukah teman-teman bagaimana reaksi Yesus? Yesus betul-betul menolak tindakan mereka.
Yesus menolak apa yang mereka perbuat, tidak berarti Yesus membenci hukum dan peraturan. Yesus membenci mereka yang merasa dirinya lebih bersih karena menjalankan hukum dan peraturan. Yesus membenci yang merasa dirinya lebih suci daripada orang lain. Ahli Taurat dan Orang Farisi menganggap dirinya lebih bersih dan lebih suci dari orang lain karena telah melakukan perintah Tuhan, menegakkan keadilan dan kebenaran.
Iman teman-teman bukan dilihat dari seberapa “murnikah” teman-teman karena sudah menjalankan hukum dan perintah Allah. Iman juga tidak dilihat dari tindakan teman-teman membela hukum agama. Iman tidak tercermin dari tindakan kekerasan untuk membela kebenaran dan keadilan. Ini adalah iman yang salah.
Iman yang benar justru menekankan ketidakmurnian diri sendiri. Semakin beriman, bukannya makin sombong karena tahu banyak aturan agama. Semakin beriman malah harusnya makin sadar, diri ini manusia bodoh dan tak berdaya, tidak pernah bisa berbuat kebenaran sedikitpun. Iman tidak juga membimbing untuk menumpas kejahatan di sekitar kita, tapi iman menujukkan kepada kebobrokan hidup sendiri. Diri yang berdosa, cela, dan pantas dihukum mati. Diri yang perlu belas kasihan dan pertolongan Allah.
Kesadaran akan kebobrokan, kehancuran, dan kelemahan diri sendiri inilah yang akan membuka pintu pada anugerah Allah. Sebaliknya, tanpa kesadaran ini, kita tidak akan pernah sampai pada anugerah Allah. Tidak akan pernah.
sumber gambar: blogspot