Kebenaran yang Memerdekakan Kita
Kebenaran adalah salah satu hal yang selalu ingin dicari oleh manusia, selain cinta dan kekekalan. Oleh karena itu manusia menempuh pendidikan, mendengarkan para profesional pendidikan, semuanya dicari oleh manusia karena satu tujuan: mencari KEBENARAN. Tapi, suatu itu benar atau salah, setiap orang punya pandangan yang berbeda. Ada orang yang mengatkan merokok itu tidak apa-apa, namun ada juga yang mengatakan itu salah. Ada orang yang mengatakan sekali-sekali tidak pergi ke Gereja itu gak apa-apa, namun ada juga yang mengatakan harus pergi ke Gereja. Sepanjang hidupnya, manusia akan terus-menerus dibingungkan mengenai apa makna kebenaran itu.
Kebenaran yang Memerdekakan Kita
Ya, mencari dan menemukan kebenaran bukanlah hal yang mudah, semudah membalikkan telapak tangan, menemukan kebenaran adalah suatu kemustahilan bagi manusia, yang sebenarnya sedang hidup dalam ketidakbenaran. Pilatus, seorang pemimpin yang berkuasa pada jaman Tuhan Yesus saja tidak memahami arti kebenaran itu. Dalam percakapannya dengan Yesus, sesaat sebelum Yesus dihukum disalib, Pilatus masih menanyai Yesus mengenai apa kebenaran itu? (Lihat Yohanes 18: 38a). Ini juga membuktikan bahwa manusia dari jaman ke jaman terus menerus mencari makna kebenaran itu, bahkan hingga hari ini. Tapi, bagaimana mungkin menemukan kebenaran diantara orang-orang yang sebetulnya salah? Itu tidak mungkin. Buktinya, saat manusia menemukan kebenaran itu, manusia malah menolak dan mengatakan bahwa itu salah, itu bohong. Sampai kapanpun menusia mencarinya, manusia tidak akan menemukannya. Dan karena tidak bisa menemukannya, manusia akan tetap hidup dalam kesalahan dan dosa terus menerus.
Sampailah ada suatu titik manusia itu lelah, lelah, dan tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Setiap kita ingin melakukan yang benar, pada akhirnya adalah kesalahan. Setiap ingin melakukan yang baik, pada akhirnya malah merugikan orang lain. Itulah suatu saat dimana manusia berada dalam bayang-bayang kesalahan dan dosa. Manusia tidak dapat lagi melakukan hal yang baik, benar, dan tulus. Itulah saat di mana manusia disebut sebagai “HAMBA”, ya hamba dosa. “Kalau demikian bukan aku lagi yang memperbuatnya, tetapi dosa yang ada di dalam aku. Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tapi bukan hal berbuat apa yang baik. Sama seperti apa yang dikatakan Paulus, “Sebab bukan apa yang kukehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aki perbuat. Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku.” Roma 7: 17-20
Itulah keadaan manusia yang sebenarnya. Manusia terlelap dan tertidur dalam rupa-rupa kesalahan yang pada ujungnya adalah kematian. Disitulah muncul seorang penolong, seorang Juruselamat, Tuhan Yesus yang datang kepada manusia untuk memberi pengertian arti KEBENARAN yang sesungguhnya. Dalam Yohanes 1: 17, “..tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus. Disinilah bukti kasih dan kebaikan Allah bagi manusia berdosa. Allah tidak mau manusia terus diombang-ambingkan oleh mana hal yang benar, mana hal yang salah. Yesus Kristus turun ke dalam dunia untuk memberitahukan apa itu kebenaran yang sesungguhnya. Kebenaran adalah diri-Nya sendiri, pribadi Tuhan Yesus sendiri.
Yesus Adalah Kebenaran yang Memerdekakan
Jadi kalau manusia ingin mengetahui apa itu kebenaran, hanya ada satu cara saja, pandanglah kepada Yesus Kristus. Pandanglah Dia, lihatlah apa yang Dia lakukan kepada orang lain, dengarkanlah Firman-Nya, dan teladanilah kehidupannya. Dengan meneladani Yesus Kristus, manusia menjadi tahu apa itu kebenaran. Manusia jadi bisa membedakan dengan jelas, mana yang benar, dan mana yang salah. Ya, dengan mendengarkan Firman Tuhan dan meneladani hidupnya kita jadi tahu yang benar, dengan kata lain manusia bisa melakukan yang benar itu. Manusia bukan lagi hamba dosa, yang selalu berbuat dosa, tapi manusia sudah BEBAS sudah MERDEKA, bebas dari hamba dosa.
Kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan dari kecenderungan sifat manusia yang selalu berbuat salah, menjadi manusia BEBAS yang JUGA DAPAT BERBUAT SESUATU YANG BAIK. Itulah makna KEBENARAN YANG MEMERDEKAKAN. Manusia dimerdekakan dari dosa, kepada suatu kehidupan yang benar sesuai dengan tatanan dan rencana Allah sendiri. Sekali lagi, saya tegaskan, untuk dapat merdeka dari dosa, hanya ada satu jalan saja, dengan mempercayai Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan meneladani kehidupannya, sebab Yesus Kristus adalah kebenaran itu sendiri. Kebenaran yang akan memimpin hidup manusia keluar dari lumpur dosa, kepada padang rumput damai sejahtera dan kebenaran dan kehidupan yang kekal.