Kenapa Haram? Part 1
Minggu lalu, saya makan sushi dengan teman-teman gereja. Teman-teman pasti tahu sushi. Sushi adalah gumpalan nasi kecil yang telah diberi sedikit cuka, dan di atasnya diletakkan berbagai jenis makanan laut mentah. Toko sushi itu namanya Kura Sushi. Kura Sushi ini menyajikan sushi dengan meja berjalan, dan setiap piring sushi harganya 100 yen, cukup murah menurut saya. Meja itu akan terus berputar dan membawa bermacam-macam sushi. Kalau kita mau makan sushi, tinggal pilih sushi jenis apa dari meja berputar itu. Mudah bukan?
Kalau saya, saya sudah pasti memilih Maguro sebagai sushi pertama. Maguro itu artinya tuna dalam bahasa Jepang. Tuna itu sangat segar, banyak lemak sehatnya, dan yang pasti rasanya sangat enak. Saya ambil sushi maguro itu dan kemudian segera menyantapnya. Teman di sebelah saya berkata, “Wah, si Nugroho udah langsung ambil maguro aja!” Semua teman yang ada dalam satu meja tertawa. Mereka kemudian juga mulai makan sushi sambil ngobrol-ngobrol satu sama lainnya. Karena baru pulang gereja, kami sedikit berbicara tentang firman yang barusan didengar di Gereja.
Giliran yang kedua, saya makan sushi ikan salmon. Rasanya tidak jauh beda dengan maguro, tapi tekstur daging ikannya berbeda. Saya kemudian juga makan sushi ikura (telur ikan salmon) dan daging sapi. Semuanya rasanya enak. Giliran kelima, saya ambil sushi dengan udang di atasnya. Ketika menuangkan sedikit shouyu (kecap asin jepang) ke atasnya, seorang teman berkata,” Nug, tahu gak, kalau dulu orang Israel kan gak boleh makan udang.” Mendengar itu, saya tidak jadi segera makan. “Menurut ketetapan, udang itu binatang haram,” tambahnya. “Mmm, saya juga pernah baca itu, Bang. Yang tentang binatang haram dan binatang tidak haram kan,” jawab saya. “Hee,” teman lain juga menunjukkan antusias mendengarnya. Karena percakapan bertambah seru, saya segera makan sushi di depan saya, dan kemudian mendengarkan perkataan teman itu.
Udang Kenapa Haram?
Percakapan memang beralih ke acara ulang tahun gereja yang akan segera dilaksanakan. Tapi saya tetap memikirkan hal yang dibilang teman saya. Pulang gereja saya kemudian membuka Alkitab, mencari pasal yang berisi peraturan tentang binatang-binatang. Peraturan itu ada di Imamat 11, “Binatang yang haram dan yang tidak haram.” Saya kemudian membacanya perlahan.
Memang tidak dijelaskan secara langsung kalau udang itu haram, tapi ayat 10 menjelaskannya secara eksplisit. Binatang yang tidak bersirip atau bersisik, termasuk udang, semuanya adalah kejijikan dan tidak boleh dimakan. “Mmm, kenapa ya udang tidak boleh dimakan? Padahal udang itu kan bisa dibilang “bersih” karena hidup di air dan tidak pernah membawa penyakit. Udang, kenapa haram ya?” Begitulah pikiran saya.
Nah, setelah membaca buku dan artikel-artikel, saya mendapat sedikit penjelasan mengenai pertanyaan diatas, yang sekaligus menjadi judul artikel ini. Di artikel berikutnya saya akan menuliskan penjelasannya dan kemudian hubungannya dengan sifat Allah. Pada akhirnya, saya berharap kita bisa semakin mengerti pribadi Allah dan sikap Allah pada manusia. Ya, selamat membaca!
Artikel dalam Tema yang Sama :
1. Kenapa Haram? Part 1
2. Kenapa Haram? Part 2
3. Haram dan Tidak Haram Menurut Perjanjian Baru
4. Haram : Larangan Bagi yang Cacat
5. Revolusi Anugerah Allah
6. Yesus Memulai Revolusi Anugerah Allah-Part 1
7. Yesus Memulai Revolusi Anugerah Allah-Part 2
8. Kabar Baik Bagi Dunia
9. Respons Atas Anugerah Allah Part 1
10. Respons Atas Anugerah Allah Part 2
11. Respons Atas Anugerah Allah Part 3
Sumber Gambar : BlogSpot