Mengapa Kisah dalam Alkitab Berbeda-Beda?
Menulis sebuah artikel dalam forum sangat bermanfaat menurut saya. Selain mendapat penilaian atas artikel yang dituliskan, saya juga dapat mengetahui pandangan dan pendapat orang atas tema artikel saya. Lebih dari pada itu, saya mendapat banyak sekali masukan yang bermanfaat. Membaca komentar-komentar terhadap artikel tersebut juga membuat saya makin peka mengenai isu-isu atau tema-tema yang sedang berkembang di masyarakat. Saya juga mendapat masukan tema artikel selanjutnya.
Terhadap artikel berjudul “Kristen, Yahudi, Islam, Mana yang Benar?” dan Keselamatan Menurut Kristen dan Islam yang saya tuliskan bulan lalu, ada beberapa orang yang mengomentari mengenai Injil dalam Alkitab. Orang itu berkata bahwa Injil itu ada 4. Tapi saya menyanggahnya. Saya mengoreksi pernyataannya. Injil itu satu, namun terdiri atas 4 kitab. Orang itu kembali berkomentar, “Mengapa Injil menuliskan hal-hal berbeda?” Untuk hal ini saya mengutip beberapa buku dan menjelaskannya pada orang tersebut.
Pada tulisan kali ini, saya akan menjelaskan hal di atas secara lebih menyeluruh. Bentuknya pun tidak seperti komentar yang sifatnya tanya-jawab. Saya mencoba menuliskannya dalam sebuah artikel utuh. Selamat membaca teman-teman!
Mengapa Kisah dalam Alkitab Berbeda-Beda?
Banyak orang bingung, mengapa di dalam Alkitab, mengenai kisah yang sama, para penulis Alkitab bisa memberi kesaksian yang berbeda-beda. Misalnya mengenai Minggu Palma saat Yesus memasuki Yerusalem. Lukas menuliskan bahwa yang menghamparkan pakaian di jalan adalah murid-murid Yesus sendiri. Sedang menurut Matius, yang melakukan itu adalah orang banyak. Selain itu, masih ada banyak kisah yang disaksikan berbeda oleh para penulis Alkitab.
Sejenak orang Kristen bertanya: Kesaksian mana yang benar? Kesaksian mana yang dapat dipercaya? Mana yang tidak bisa dipercaya? Atau semuanya tidak dapat dipercaya? Orang-orang di luar Kekristenan pun bertanya hal serupa, bahkan ada beberapa kalangan yang menyerang keabsahan kekristenan melalui perbedaan kesaksian dalam Alkitab ini. Jadi, bagaimana kita menjelaskan hal semacam ini?
Yang pertama harus kita katakan adalah: Paling sedikit Alkitab atau penyunting Alkitab itu jujur. Mereka mengungkapkan apa adanya. Bila ada kesaksian yang berbeda, ya dimuat berbeda. Tidak disensor atau direkayasa atau diubah-ubah biar kelihatan sama.
Yang kedua, kita harus menjelaskan tujuan penulisannya. Para penulis Alkitab tidak bermaksud menjadi seorang wartawan yang melaporkan berita. Para penulis Alkitab adalah orang-orang beriman yang ingin menyaksikan iman mereka. Mereka tidak bermaksud menulis biografi Yesus. Yang ingin mereka tulis adalah: Siapakah Yesus menurut kacamata penghayatan iman mereka.
Makanya yang mereka tulis bisa berbeda-beda. Sebab penghayatan iman itu tidak mungkin sama persis bukan? Sama-sama percaya Yesus. Sama-sama percaya Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat dunia. Tapi bagi seseorang yang paling menarik mengenai Yesus adalah kasih-Nya, bagi yang lain mungkin keberanian-Nya, tapi bagi yang lain lagi pengorbanan-Nya. Dan lain-lain.
Jadi jelaslah kesaksian mereka berbeda-beda. Tapi bukannya perbedaan itu justru memberi kepada kita gambaran yang lebih lengkap dan kaya? Kita tidak hanya mengenal Yesus Kristus dari satu versi saja, tapi dari bermacam-macam versi.
Itulah keunikan dari Kitab Suci Agama Kristen yaitu Alkitab. Para penulisnya adalah orang-orang beriman dari bermacam-macam suku, pekerjaan, status sosial yang berbeda, hidup mereka pun terpisah dalam rentang waktu ribuan tahun. Tapi dengan bantuan Roh Kudus, mereka dipimpin untuk menyaksikan iman mereka. Mereka bersaksi lewat tulisan.
Bahan Bacaan:
Jalan Kematian, Jalan Kehidupan, Khotbah-Khotbah Pra-Paskah dan Paskah karya Eka Darmaputera.
8 thoughts on “Mengapa Kisah dalam Alkitab Berbeda-Beda?”