Mengikuti Pimpinan Allah
Mengikuti Pimpinan Allah – Tidak terasa sudah hampir 1 tahun sejak adik saya kembali ke Indonesia. Setelah hampir 7 tahun, akhirnya adik berhasil menyelesaikan perkuliahan masternya, Betapa besarnya pernyataan dan pimpinan Tuhan dalam kehidupan dia. Selama 7 tahun, Tuhan terus menyertai perjalanannya di negeri Jepang, tetap sehat, bahkan bisa melayani dan berprestasi dalam bidang akademik, Bertha, pacar saya juga mengalami hal yang sama. Sebagai anak perempuan pertama, pilihan meninggalkan rumah dan pergi jauh bukanlah pilihan yang mudah. Meninggalkan orangtua dan adik-adiknya, kemudian memulai kehidupan baru sendirian di daerah yang baru, Dia pernah bercerita, bersama dengan papanya, mereka berangkat ke Jatinangor. Kami sama-sama tertawa saat membahas masa-masa tersebut, termasuk ribetnya membeli berbagai barang kebutuhan, seperti ember dan gayung. Masa-masa awal perkuliahan Bertha juga sering menangis saat berteleponan dengan Papa dan Mamanya. Ada juga kisah Sion, sahabat saya yang sudah beberapa bulan ini berada di Sapporo untuk melanjutkan perkuliahannya. Meskipun berada jauh dari orangtua dan adik-adiknya di Medan dan Jakarta, saya bersyukur melihat dia menikmati suasana di Sapporo–termasuk berbagai pengalaman baru seperti bermain salju atau hanami sakura–melalui media sosialnya.
Setiap kita pasti pernah mengalami hal yang sama. Berada di persimpangan, harus meninggalkan kenyamanan kita untuk beralih ke tempat yang sama sekali baru. Kita takut, cemas, dan ragu, Apakah aku bisa hidup di sana nanti? Sendirian? Apakah mungkin saya bisa bertahan? Bagaimana jika terjadi sesuatu yang buruk? Bagaimana jika aku kangen Papa dan Mama? Apakah benar ini rencana Tuhan?
Musa juga mengalami hal yang sama. Allah memerintahkan dirinya menghadap Firaun untuk membawa umat Israel, keluar dari Mesir. Seorang diri, memimpin sebuah bangsa yang besar ke tempat yang ia sendiri tidak ketahui. Ia pun sempat ragu, dan meminta Allah memilih orang lain saja untuk menggantikannya. Namun, kita belajar satu hal dari Musa, ia tetap berani untuk meninggalkan zona nyamannya, untuk menaati dan mengikuti panggilan Allah dalam kehidupannya.
Kita tahu perjalanan panjang Musa. Ia memimpin Bangsa Israel keluar dari Mesir, melewati bertahun-tahun perjalanan di padang gurun. Memimpin Bangsa Israel untuk berperang, sekaligus menjadi hakim bagi mereka. Ia mengajarkan Bangsa Israel mengenai ketetapan dan hukum-hukum Allah. Dan d akhir perjalanannya, ia pun bisa melihat negeri yang dijanjikan Tuhan, meskipun itu dari jauh.
Kadang kala kehidupan memang kadang terasa buram, tidak jelas, dan membingungkan. Apakah benar, ini keputusan yang terbaik? Bagaimana jika saya salah melangkah? Merasa takut atau khawatir memang wajar, namun kita tetap dapat mempercayai rencana Allah. Rencana Allah itulah yang terbaik. Dan sejauh apapun kita melangkah, ratusan bahkan ribuan kilometer dari tempat kita selama ini, tangan Tuhan selalu ada untuk memelihara dan menjaga kita. Mari kita terus mengikuti pimpinan Allah.
Saya ingin menutup tulisan ini dengan sebuah lagu yang tadi dinyanyikan di gereja. Sebuah lagu yang berkesan, mengingatkan saya akan hari-hari pertama saya di Bandung dahulu. Sebuah lagu yang mengajak saya untuk tetap beriman, dan mempercayai bimbingan Tuhan.
Tersembunyi ujung jalan, hampir atau masih jauh;
‘ku dibimbing tangan Tuhan ke neg’ri yang tak ‘ku tahu.
Bapa, ajar aku ikut, pa juga maksudMu, tak bersangsi atau
Takut, beriman tetap teguh.
Meski langkahMu semua tersembunyi bagiku,
hatiku menurut jua dan memuji kasihMu.
Meski kini tak ‘ku nampak, nanti ‘ku berbagia,
apabila t’rangMu tampak dengan kemuliaannya.
Tuhan, janganlah biarkan kutentukan nasibku.
B’rilah hanyakudengarkan keputusan hikmatMu.
Aku ini pun selaku kanak-kanak yang bebal.
Bapa jua bimbing aku ke kehidupan kekal.
(Kidung Jemaat 416)